HARIAN DISWAY - Masyarakat Indonesia, terutama DKI Jakarta, tampaknya masih harus sabar untuk menghirup polusi hingga beberapa bulan ke depan.
Sebuah peta meteorologis dari BMKG menunjukkan wilayah selatan Indonesia yang begitu kering tanpa pertumbuhan awan hujan.
Wilayah tersebut terdiri dari Jawa, Bali Nusa Tenggara, serta Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua bagian selatan yang sangat kering.
Peta potensi pertumbuhan awan Indonesia pada periode Selasa 15 Agustus hingga Rabu, 16 Agustus 2023-BMKG for Harian Disway-
Wilayah kering ditandai dengan warna oranye. Dimana pertumbuhan awan hujan berada di bawah 70 persen. Wilayah ini berada di sebagian Sumatera Selatan, Bengkulu dan Provinsi Lampung.
BACA JUGA:Sudah Terlambat Untuk Mendatangkan Hujan Buatan di Jakarta
Wilayah dengan persentase hujan yang sama meliputi Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua bagian selatan.
Sementara wilayah Jabalnusra ditandai dengan warna kuning pucat. Menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan awan hujan berada di bawah angka 50 persen.
Wilayah yang masih bisa diharapkan pertumbuhan hujannya adalah wilayah di sebelah utara Ekuator.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, bahwa hujan memang adalah salah satu peristiwa alam yang paling ampuh untuk meluruhkan polutan yang mengambang di udara.
“Namun kecil kemungkinan akan terjadi hujan karena cenderung cerah,” katanya pada Harian Disway.
Jika hujan tidak bisa diharapkan, maka biasanya polutan ringan semacam materi partikulat PM10 dan PM2.5 biasanya terbawa angin menjauh dari pemukiman.
BACA JUGA:Polusi Terus Memburuk, PNS Pemprov DKI Jakarta Bakal Diwajibkan WFH
Namun, ini pun tidak bisa diharapkan. Karena kata Guswanto, fenomena angin lokal mengikuti gerak siklus angin laut dan angin darat.
Angin darat bertiup pada malam hari dari darat ke lautan. Hal ini bisa membawa debu dan polutan keluar dari Jakarta ke laut Jawa. “Tapi nanti siang-siang balik lagi anginnya,” jelas Guswanto.