Alot! Perjuangan Para Wartawan Menyebarkan Berita Proklamasi Kemerdekaan ke Warga Surabaya

Kamis 17-08-2023,09:49 WIB
Reporter : Rafif Rayhan R
Editor : Taufiqur Rahman

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Hanya butuh waktu 15 menit bagi para wartawan Surabaya untuk mengetahui berita Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta pada 17 Agustus. Namun butuh perjuangan panjang untuk menyiarkannya. 

Begitu Proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno di rumahnya jalan Pegangsaan Timur No 56 (sekarang Jl. Proklamasi, Jakarta) pukul 10 lebih 17 menit, tokoh Pemuda Adam Malik langsung menghubungi kantor berita Domei di Jakarta. 

Adam Malik pun menyampaikan bahwa Indonesia telah resmi merdeka. Berharap kantor berita dengan jaringan terbesar di Hindia Belanda saat itu menyiarkannya ke seluruh Nusantara agar rakyat tahu.  

BACA JUGA:Mau Jalan-Jalan atau Belanja, Simak Promo Spesial HUT RI Ke-78 Gojek, Grab, Traveloka, dan Blibli

Dilansir dari berbagai sumber, para markonis (operator radio) saat itu diminta untuk menyiarkan berita tersebut tanpa harus meminta izin Hodokan (Kantor Dinas Penerangan Pemerintah Kolonial Jepang). 

Hal tersebut dikarenakan Hodokan adalah lembaga yang punya reputasi menyensor dan memotong berita-berita yang tidak sesuai dengan kepentingan pemerintah kolonial. 

Namun, para markonis di Surabaya tetap mematuhi prosedur di ruang redaksi Domei Cabang Surabaya. Berita tersebut lantas diteruskan ke dinas Hodokan. Sesuai prediksi, Pemerintah Jepang marah. 

Mereka menegaskan bahwa berita Kemerdekaan Indonesia tidaklah benar. Lalu melarang segala bentuk penyebaran berita tersebut. Berharap agar gegap gempita Kemerdekaan tidak merambat ke Surabaya. 

BACA JUGA:Sejarah Grha Wismilak, Benarkah Markas Polisi?

Namun yang dilupakan oleh pemerintah Jepang bahwa di jajaran redaksi Domei Cabang Surabaya tersebut, ada para tokoh pemuda yang mendambakan kemerdekaan. 

Mereka diantaranya adalah Soemadji Adji, Bintarti, Wiwik Hidayat, operator radio Jacob dan Soemadi serta yang paling terkenal, seorang wartawan bernama Soetomo. Kelak ia memimpin revolusi arek-arek Surabaya dan dikenal dengan nama Bung Tomo. 

Sejarawan Yousri Raja Agam menyebut bahwa akhirnya para wartawan nasionalis tersebut akhirnya menyelundupkan berita itu secara diam-diam.  

Secara gerilya, para wartawan kemudian mencetak berita tersebut dan menyebarkannya melalui pamflet-pamflet, siaran radio gelap, jaringan informasi antar pejuang, juga dari mulut ke mulut. 

BACA JUGA:Sejarah Grha Wismilak, Gedung yang Disita Polda Jatim

Kabar Proklamasi Kemerdekaan RI baru menyebar luas pada esok harinya, Sabtu 18 Agustus 1945. Tertulis di koran dinding Domei di Pasar Besar. Namun tak lama kemudian Keimpeitai (Polisi Militer Jepang) dan menghapus berita tersebut. 

Kategori :