“Tidak ada yang secara apriori menolak atau mengharuskan bermitra dengan siapa pun. Yang menyatukan perjuangan politik kita harus lah cita-cita memajukan bangsa,” katanya kepada awak media di Jakarta, kemarin. Jubir tim 8 KPP ini pun melimpahkan kepada masyarakat. Yakni untuk menilai mana kandidat yang terbaik dalam lomba adu gagasan dan adu rekam jejak.
Sebab, kata Said, konstelasi politik selalu memiliki dinamika yang terduga. Semua kemungkinan bisa terjadi. Dan bagi KPP, semakin banyak komunikasi antar tokoh dan institusi politik, maka makin baik untuk mendinginkan suhu kontestasi.
Apalagi, sejak awal Anies memang dicanangkan sebagai capres. Ada banyak wacana figur yang dianggap tepat menjadi cawapresnya. ”Soal jadi atau tidak berpasangan, itu kan jodoh. Tapi, bahwa banyak pihak membuka komunikasi dengan Pak Anies, itu sesuatu yang kami syukuri,” ungkapnya.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto juga angkat bicara. Bahwa wacana duet Ganjar dan Anies sah-sah saja. Tetapi, kewenangan tetap di tangan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Hasto pun sudah meminta pandangan Megawati soal wacana itu. Sosok yang akan menjadi cawapres pendamping Ganjar tidak hanya ditentukan berdasarkan tingkat elektoral semata. Tetapi, juga dilihat dari kemampuan teknokratiknya pula. “Ranah dari ibu ketua umum dan sampai saat ini belum diputuskan siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar,” jelasnya. (Mohamad Nur Khotib)