SURABAYA, HARIAN DISWAY- Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan di Jawa Timur terus terkendali. Dari 38 kabupaten/kota di provinsi itu, tersisa delapan daerah yang masih masuk zona merah. Yakni: Nganjuk, Gresik, Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Jember, dan Pacitan. Sisanya zona kuning.
“Zona merah ini bukan karena banyak hewan ternak yang terjangkit PMK. Tapi, masih ada satu atau dua hewan yang terdeteksi terpapar virus itu. Kalau kategori kuning ini, penularannya sudah tidak ada sama sekali,” kata Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani, saat ditemui di Grand Dafam, Kamis, 24 Agustus 2023.
Menurut perempuan yang akrab disapa Indy ini, dalam seminggu terakhir tidak ada penambahan kasus PMK di Jatim. Kondisi yang terjadi hanya ketika hewan yang belum divaksin ini menimbulkan gejala klinis ketika sakit.
BACA JUGA:Hermawan Kartajaya: Vokasi itu Punakawan
BACA JUGA:Hiii Serem, Ada Hantu Noni Belanda di Pasar Tunjungan Surabaya
Di provinsi yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa ini memang belum 100 persen hewan ternak mendapatkan vaksin. Hingga saat ini sudah 60 persen lebih dari populasi hewan di Jatim telah divaksin. Pun sejak 14 Juni 2022 hingga 22 Agustus 2023, sebanyak 6,7 juta dosis telah diberikan ke hewan ternak.
“Per hari, 17.579 dosis per hari tim kami berikan kepada tim vaksinator gabungan kami ke peternak se-Jawa Timur. Kami dapat jatah vaksin 7,2 juta dosis. Artinya sudah 93 persen kita alokasikan,” ungkapnya.
Dia menegaskan Dinas Peternakan Jatim memberikan vaksin kepada semua daerah sesuai kebutuhan. “Stok vaksin kita masih ada. Walaupun habis, kita tinggal minta ke pemerintah pusat. Mereka pasti memberi lagi,” ungkapnya.
Saat ini yang terdata Dinas Peternakan hingga 22 Agustus 2023, sebanyak 199.972 ekor ternak yang terpapar virus PMK. Sebanyak 2,21 persen diantaranya telah mati atau sebanyak 4.414 ekor sapi. Serta 2.207 ekor sapi dipotong paksa.
BACA JUGA:Gubernur Khofifah: ASI Eksklusif untuk Turunkan Stunting
BACA JUGA:Gubernur Resmikan Stockpile Pasir Terpadu di Lumajang.
Menurutnyi, hambatan yang dialami timnya dalam memberikan vaksin adalah kesibukannya masing-masing. “Kita ini tim gabungan. Ada TNI, Polri dan Mahasiswa. Nah mereka juga kan punya kerjaan diluar pemberian vaksin ini,” bebernyi.
Kepala Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma Edy Budi Susila menambahkan, dalam penanganan PMK, saat ini masih menggunakan vaksin darurat oleh Kementerian Pertanian. Namun kedepannya, akan digunakan vaksin lokal.
“Ini masih proses. Masih dalam proses pendaftaran. Nanti, kami akan menggunakan vaksin lokal yang kemarin sudah di-launching oleh Menteri Pertanian. Mudah-mudahan bisa segera digunakan,” ungkapnya. (*)