HARIAN DISWAY - Populasi Tiongkok sedang tergerus. Hal ini mendorong pemerintah Provinsi Zheijang menerapkan kebijakan unik: pasangan muda dapat 1.000 yuan setara Rp 2 juta kalau mau nikah di bawah usia 25 tahun.
Langkah itu diambil sebagai upaya mengatasi krisis demografi yang semakin memburuk. Tiongkok punya ancaman serius: angka pernikahan dan kelahiran turun drastis sepanjang tahun 2021-2022.
Tidak ideal secara demografi. Dalam piramida penduduk, populasi orang tua Tiongkok terlalu besar. Sedangkan angka generasi penerusnya tergerus secara berkala.
Tahun lalu, populasi Tiongkok mengalami penyusutan dari 850 ribu jiwa. Di pengujung 2022 total populasinya jadi 1,4 miliar jiwa.
"Alarm bahaya" Tiongkok berbunyi. Ini merupakan penurunan pertama sejak tahun 1961. Jumlah bayi yang dilahirkan hanya mencapai 9,56 juta pada 2022. Padahal pada 2021 angkanya 10,62 juta. Turun sebesar 9,98 persen.
BACA JUGA:Survei: 86,6 Persen Populasi Indonesia Sudah Mempunyai Antibodi SARS-CoV-2
BACA JUGA:India Salip Tiongkok Jadi Negara Berpenduduk Terbanyak di Dunia
Fenomena ini telah menjadi masalah terbesar bagi ekonomi Tiongkok dalam enam dekade terakhir.
Penurunan populasi menyebabkan penurunan dalam sektor perumahan, melemahnya pasar konsumen, serta menyusutnya tenaga kerja yang tersedia.
Grafik angka pernikahan di Tiongkok yang makin anjlok -scmp graphics-datawrapper
Sebagai respons terhadap masalah itu, pemerintah tidak hanya memberikan tunjangan uang, tetapi juga telah mengeluarkan kebijakan baru mengenai persyaratan pernikahan yang sah secara hukum.
Kini, usia minimal untuk pria menikah adalah 22 tahun, sementara untuk perempuan adalah 20 tahun.
BACA JUGA:Jokowi Ajak Prabowo dan Ganjar Blusukan ke Pasar Grogolan, Pekalongan
BACA JUGA:Membuat Biola Berkualitas, Begini Caranya!
Tidak hanya itu, pemerintah juga mengimplementasikan serangkaian langkah untuk mengantisipasi kemungkinan memburuknya situasi.