SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ratusan keris berbagai model dan bentuk dipamerkan di Gebyar Budaya Keris Nusantara di Gedung Golkar pada 9 September 2023.
Pameran tersebut digelar oleh Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) di kantor DPD Partai Golkar.
Ada sekitar 50 stand dan puluhan kolektor serta pengusaha keris dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Salah satu koleksi yang dipamerkan adalah milik Les Harnoto, kolektor dari Surabaya.
Di mejanya yang berada di bagian depan pameran menghadap barat, Harnoto memajang berbagai macam keris dari berbagai zaman.
Harnoto mengklaim sebagian koleksinya berasal dari periode Hindu-Buddha. Tepatnya dari masa Kerajaan Kediri dan Singhasari.
BACA JUGA:Kolektor Magetan Pamerkan Keris Ki Ageng Mageti, Senjata Para Pejuang Laskar Diponegoro
BACA JUGA:Benda Pusaka Tingkatkan Spirit dan Aura Positif
Ada yang dikoleksi dari membeli, ada pula keris-keris yang dibelinya dari hasil penemuan. Baik di sungai maupun di darat. Seperti keris era Singhasari yang dalam body-nya terdapat beberapa karat atau korosi.
"Pusaka yang ditemukan di sungai, pasti mengandung lapisan platina hitam. Kalau besinya tidak benar-benar bagus, karatnya banyak," ungkapnya, lalu menunjukkan keris era Singhasari itu.
"Setelah saya mendapat keris itu, saya bersihkan. Saat di-warang atau dilapisi cairan anti-karat, muncul motif (Pamor,Red)-nya," ujarnya, lalu menunjukkan garis-garis motif yang ada dalam keris itu.
Meski sudah pudar di sana-sini, tapi Harnoto memperkirakan bahwa pamor atau motif keris itu adalah wot wutah.
"Saya kagum, karena pada masa itu nenek moyang kita sudah mengenal teknik membuat pamor dan punya pengetahuan tentang baja berkualitas," kata pria 69 tahun itu.
Keris era Kediri (kiri) dan era Singhasari (kanan), koleksi Les Harnoto, pengusaha keris asal Surabaya.-Nadia Aliya-
Saat itu Harnoto didampingi puteranya, Kresna Surya Les Harnoto. Kresna menunjukkan keris era Kerajaan Kediri dan menyebut perbedaannya dengan keris era Singhasari.
"Kalau keris Singhasari, tepatnya peralihan Singhasari ke Majapahit, paksi atau gagang kerisnya meruncing," ungkapnya, sembari menunjuk pada gagang keris yang dipegang ayahnya.
"Berbeda dengan paksi keris era Kediri ini," lanjutnya, lalu menunjuk pada keris era Kediri yang dipegangnya.
Keris Era Singhasari ini kata Kresna kemungkinan menjadi role model bagi pembuatan-pembuatan keris era selanjutnya.
BACA JUGA:Kebakaran Gunung Arjuno Belum Reda, Kepala BNPB Turun Tangan
Paksi keris tampak seperti jarum, melebar di atas, bagian bawahnya runcing.
Sedangkan keris era Kediri memiliki paksi yang kedua ujungnya hampir sama besar. "Sama-sama ditemukan di sungai. Kami membelinya dari para pencari pasir di berbagai sungai di Jawa Timur," terang pria 24 tahun itu.
Untuk keris era Kediri, mereka menjualnya dengan harga 25 juta. Sedangkan era peralihan Singhasari-Majapahit dihargai 50 juta.
Keduanya juga mempunyai dua bilah pedang yang disebut-sebut berasal dari era invasi Mongol ke tanah Jawa.
Dua pedang -Nadia Aliya-
Kedua pedang itu ditemukan di sungai pula. "Diyakini sebagai pedang tentara Tar-tar. Kalau orang Jawa, menyebut pedang ini sebagai pedang lar bango atau pedang yang menyerupai bulu bangau. Jenis pedang ini ada banyak variasinya," terang Harnoto.
Pedang lar bangau memiliki karakteristik body hitam, terdapat lengkungan kecil di sisi kiri, kemudian memanjang miring ke atas. Sedangkan satunya lagi, sudutnya menekuk tajam ke kiri, lalu melebar dan meruncing ke atas.
Pedang lar bango itu dihargai masing-masing 5 dan 6 juta rupiah.(*)