Risiko Sopir Taksi Online, Dirampok dan Dibunuh

Sabtu 16-09-2023,05:00 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

4) Sopir berusaha mengajak ngobrol penumpang. Setidaknya basa-basi. Saat itulah sopir menganalisis, apakah penumpang berpotensi bahaya. 

Kalau menilai bahaya, sopir bisa menekan tombol tersembunyi di dekat sopir untuk memberikan sinyal ke kantor perusahaan taksi online. Lalu, perusahaan taksi online meneruskan sinyal itu ke kantor polisi, lengkap dengan posisi mobil via GPS.

5. Sopir menghindari pesanan penumpang malam. Setelah lewat pukul 21.00.

Lima prinsip itu dipadukan sopir. Dikombinasikan. Misalnya, bisa saja calon penumpang tidak sesuai prinsip satu, tapi sesuai prinsip nomor tiga. Atau, sebaliknya. Atau, kombinasi dari lima prinsip tersebut.

Kendati, jika sopir merasa sepi penumpang, mereka mengabaikan pedoman itu. Terutama pedoman nomor lima. Sebab, umumnya sopir menyetir mobil milik sendiri dan mobilnya dibeli secara kredit. Hasil nyopir itulah untuk membayar kredit.

Pria Jakarta tamatan SMA tanpa keterampilan khusus sangat sulit dapat pekerjaan. Mayoritas mereka jadi tukang ojek online, sopir taksi online, atau pedagang kaki lima. 

Warga yang hidup sulit itu masih juga diincar perampok. Bahkan, banyak yang dibunuh perampok. Tentu, itu sudah dipikirkan aparatur pemerintah. Mereka sudah sangat paham kondisi tersebut. Buktinya, mereka selalu pidato soal wong cilik.

Cuma, karena pekerjaan aparatur banyak, soal itu terabaikan. Atau, mereka bingung, tidak tahu cara mengurai problem yang belit-membelit itu. (*)

 

Kategori :