Menengok Wacana Suroboyo Kutho Lawas (2): Pengamat Usul Terintegrasi Kampung Arab dan Kawasan Kolonial

Senin 25-09-2023,14:12 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Taufiqur Rahman

Ketiga kawasan tersebut, kata Freddy akan luar biasa bila dapat dihubungkan. Sehingga tak ada ruang kosong lagi. Semua titik akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.

BACA JUGA:Prabowo Usul Pindahkan Makam Pangeran Diponegoro dari Makassar, Ini Tanggapan Anies Baswedan

Yang kedua, kata Freddy, daya eksplorasinya harus kuat. Terutama menonjolkan sesuatu yang unik dan otentik. Misalnya, seperti Jalan Tunjungan yang disulap menjadi Tunjungan Romansa.

"Tunjungan Romansa itu berhasil. Bagus sekali. Tapi, untuk wilayah utara, saya agak pesimis," ungkap dosen Arsitektur Interior dari Universitas Ciputra itu.

Maka wisata kota tua pun nanti sebaiknya juga menerapkan hal serupa.

Harus ada sesuatu yang otentik. Ekspresi budaya di tiap kawasan tak boleh dibatasi. Agar para pengunjung juga punya alasan kuat untuk datang ke tempat tersebut.

Bagi Freddy, konsep Kya-Kya Reborn saat ini kurang berhasil. Lantaran telah membatasi sesuatu yang otentik dari kawasan pecinan. Yakni dengan meniadakan menu berbahan daging babi.

"Padahal, orang datang ke Kya-Kya memang ingin kulinernya. Kalau dibatasi seperti itu berarti juga tak mendidik," terangnya.

BACA JUGA:Menengok Wacana Surabaya Kutho Lawas (1): Target Launching Akhir Tahun untuk Sambut Tahun Baru

Selain itu, secara otomatis juga melemahkan daya tarik kawasan tersebut. Inilah yang tak boleh terulang dalam mengembangkan wisata kota tua nanti.

Jika tidak, wisata tersebut tidak akan langgeng. Hanya meriah saat pembukaan. Tetapi tak bisa diandalkan sebagai tempat wisata rutin lantaran tak punya sesuatu yang unik.

Freddy juga mengusulkan agar Pemkot Surabaya melibatkan para pakar. Tidak menanganinya sendiri supaya wisata yang dikembangkan bisa total dan esensial.

"Harus punya pakar profesional di lapangan, karena para pakar ini akan total, nggak mikir yang lain-lain," tandasnya. 

Sebelumnya Pemerintah Kota Surabaya akan mengembangkan lagi potensi wisata dengan membangun kawasan wisata kota tua alias Suroboyo Kutho Lawas . Lokasinya di sekitar Jembatan Merah dan Jalan Karet.


Suasana Jembatan Merah saat sore hari-M Syahirol Layeli-

Konsepnya memang masih digodok oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya. Secara garis besar disesuaikan dengan konteks kawasan.

 

"Cuma mungkin beda-beda mood -nya ya," ujar Kepala Bidang Bangunan Gedung DPRKPP Iman Krestian Maharhandono saat dihubungi, Sabtu, 23 September 2023.

 

Konsep Kya-Kya memang diadopsi dari berbagai kota besar di luar negeri. Terutama yang punya kawasan jajanan jalanan.

 

Seperti Shanghai, Beijing, Bangkok, hingga Singapura.

 

Nanti, kata Iman, Kya-Kya pun akan diberi sedikit sentuhan. Tematiknya diarahkan semacam Chinatown ala Hong Kong agar lebih meriah. Sementara konsep kota tua nanti berorientasi bak Old Chinatown.

 

"Pokoknya yang kental dengan nuansa heritage ala Penang gitu ," tambahnnya. Jalan Karet akan diperkaya dengan nuansa itu.

 

Sedangkan Jembatan Merah disambungkan dengan Taman Sejarah.

Dilengkapi dengan papan pos.

 

Tentu Kalimas tetap dipertahankan. Bahkan akan ada penambahan seperti penataan lighting .

 

Di sekitar Jalan Karet pun demikian. Bakal ditambah dermaga baru. Ini supaya pengunjung bisa menikmati wisata susur perahu Kalimas.

 

"Maunya kita mungkin agak lebih festive . Tapi ini masih didiskusikan," katanya. Penentuan konsep itu akan melibatkan sejumlah pihak. Termasuk pegiat komunitas cagar budaya dan sejarah.

 

Iman memang ditunjuk langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Khusus menggarap ornamen-ornamen Suroboyo Kutho Lawas nanti. Seperti yang sebelumnya pernah dilakukan saat mengembangkan Kya-Kya Reborn .

 

Semua pengembangan wisata ini pun pun punya misi. Yakni untuk meningkatkan daya tarik wisata lokal dan perekonomian di Kota Pahlawan. (Mohamad Nur Khotib)

Kategori :