Jika dilihat dari perjalanannya, Ganjar juga mengalami proses panjang yang butuh kesabaran untuk sampai pada capaian sekarang. Selama ini ia harus menghadapi gelombang penentangan –bahkan dari dalam partai tempat ia berkiprah. Ia melalui berbagai ujian kesabaran bertubi-tubi.
Setelah bergabung dengan partai berlambang kepala banteng moncong putih, ia terpilih sebagai anggota DPR RI. Lalu, ditugaskan bertarung dalam pemilihan gubernur Jateng dengan hanya modal elektabilitas awal 4 persen. Tapi, berhasil.
Masuk periode kedua, ia diuji kawan perjuangan yang juga seniornya di UGM: Bambang Pacul. Ia ditentang dan di-”downgrade” jelang pemilihan untuk periode kedua. Namun, ia tetap lolos dan menjadi gubernur lagi.
BACA JUGA:Tifosi Ganjar Pranowo: Suporter Bola Jatim Deklarasi Dukungan di Pilpres
BACA JUGA:Muhaimin Deklarasi Cawapres, Ketum PBNU: Jangan Ada Calon Mengatasnamakan NU
Ketika disebut-sebut menjadi salah seorang bakal calon presiden, ia diuji kawan-kawannya sendiri di partai. Ditentang keras. Meski, akhirnya ia yang dipilih Megawati untuk diusung PDIP. Sempat diuji soal ideologi dengan harus menentang keterlibatan Israel dalam Piala Dunia U-20 di Indonesia yang batal.
Garis tangan dan kesabaran rupanya membawa ketua umum Kagama itu sampai ke capaian sekarang. Menjadi calon presiden bersama calon wakil presiden Mahfud MD. Pasangan itu akan bersaing dengan Anies Rasyid Baswedan dan A. Muhaimin Iskandar serta pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Eh, tunggu dulu. Jika dilihat dari proses menjadi calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar juga perlu dihitung. Ketum Gerindra itu sabar untuk terus menjemput takdir agar bisa menjadi presiden RI. Pilpres 2024 ini adalah kali keempat ia ikut pemilu. Pertama, menjadi calon wapres di Pilpres 2009. Lalu, capres di Pilpres 2014, 2019, dan 2024.
Cak Imin –demikian sapaan cawapres Anies Rasyid Baswedan– juga mempunyai kesabaran untuk bisa menjadi calon. Sudah berkali-kali mengajukan diri sebagai bakal calon presiden atau wakil presiden, baru kali ini ia berhasil menjadi calon. Setelah bergabung dalam Koalisi Perubahan yang digendong Partai Nasdem dan PKB.
Lantas, bagaimana menghitung derajat sabar dari setiap kandidat itu? Itulah yang agak susah. Tapi, yang pasti, sebagai politisi, mereka adalah orang-orang yang sabar dalam menghadapi hinaan, caci maki, dan prasangka. Tidak semua orang bisa menghadapi demikian. Tak semua orang sabar dalam menghadapi itu semua.
Barangkali, di antara semua calon pasangan yang akan bertarung itu, hanya Gibran yang tidak perlu menghadapi kesabaran dalam proses. Sebab, ia bisa menjadi calon wakil presiden melalui jalur yang tak semua orang biasa melampauinya. Belum lama terjun di dunia politik, langsung melejit di puncak.
Karena itu, mengukur Gibran harus dengan cara lain. Bukan dari parameter kesabaran dalam berproses. Tapi, melalui garis tangan yang membuat ia bisa melenggang sampai pada capaian sekarang. Sebab, memang tidak semua orang membawa takdir untuk bisa menjadi anak presiden seperti Gibran.
Lalu, apa mereka yang sabar dan memiliki garis tangan itu akan betul-betul bisa mencapai sesuai dengan yang mereka inginkan? Tentu dari tiga pasangan tersebut, tidak semuanya bisa. Itu sangat bergantung pada hasil akhir dari coblosan yang akan berlangsung 14 Februari 2024.
Siapa di antara mereka yang akan memetik hasil dari deklarasi kesabaran? Siapa di antara mereka yang menuju puncak garis tangan? Kita lihat saja prosesnya ke depan. Hanya, semuanya pasti berharap agar mereka adalah yang bisa memenuhi semua harapan warga bangsa.
Warga bangsa yang ingin hidup bahagia. Warga bangsa yang ingin negeri ini damai dan sejahtera. Warga bangsa yang berharap hadirnya pemimpin yang benar-benar bisa mengangkat derajat bersama.
Bukan mereka yang sekadar ingin berkuasa! (*)