PROBOLINGGO, HARIAN DISWAY - Eksotika Bromo 2023 digelar dari pagi hingga siang. Selepas event itu, kami kembali ke Surabaya. Tak lagi melalui rute Pasuruan, tapi melalui jalur Probolinggo yang relatif landai. Kami singgah di sebuah kafe: Shelter Kopi Bromo. Kafe yang unik, menyajikan pemandangan apik.
Angin membawa pasir beterbangan. Menumpuk di tiap sudut, menyisakan jejak-jejak langkah atau jejak roda mobil. Usai gelaran Eksotika Bromo, kami berpamitan pulang pada kawan-kawan yang menyertai kami selama di sana.
Seperti Afifa Prasetya, koordinator Eksotika Bromo 2023, Afizki Arif Ridwan, tokoh pemuda Hindu Pasuruan serta para pemangku Suku Tengger. Saya, Julian Romadhon (Dhona) dan Ahmad Rijaluddin (Ical) mendapat banyak pengalaman baru di sana.
BACA JUGA: Oleh-Oleh dari Eksotika Bromo (1): Ada Gangguan di Jalur Tosari
Termasuk pengalaman macet. Gara-gara ban mobil Dhona masuk dalam tumpukan pasir yang cukup tebal. Saya dan Ical terpaksa keluar untuk mendorong mobilnya itu. Selanjutnya, ia benar-benar memilih jalur yang aman. Sedikit saja melihat tumpukan pasir, mending mundur atau mencari arah lain.
Oleh-oleh dari Eksotika Bromo (13-habis). Kafe Shelter Bromo yang ada di lereng Bromo rute Probolinggo. Sajikan view yang apik.-julian romadhon-
Kami memilih rute pulang dari jalur Probolinggo. Sebab, jika kembali lewat Tosari, jalurnya cukup ekstrem. Apalagi pengalaman bertemu jeep hantu yang bikin merinding itu. Jika melalui Probolinggo, meski agak jauh, tapi relatif landai dan aman. View-nya pun kabarnya lebih menarik.
Entah ke arah mata angin mana kami melaju. Pokoknya nurut google map. Tapi Dhona lumayan hapal dengan arah pintu keluar sekaligus pintu masuk jalur Probolinggo. Kami melewati beberapa tanjakan, lalu masuk perkampungan Suku Tengger.
BACA JUGA: Oleh-oleh dari Eksotika Bromo (11): Daun Pisang vs Janur
Rumah-rumah berhias pelinggih dan papan bertuliskan "om swasty astu". Semakin ke bawah, kami melalui berbagai tempat wisata dan kedai-kedai pinggir jalan. Hingga di satu sudut, jelang tikungan menurun yang lumayan tajam, terdapat kafe Shelter Kopi Bromo.
Bangunan depan Shelter Kopi Bromo adalah dapur sekaligus resepsionis. Dindingnya sebagian besar kaca. Tetumbuhan hijau di banyak sudut, persis di sisi kanan jalur masuk terdapat tempat duduk kayu dengan suasana outdoor. Lengkap dengan batu bata melingkar untuk membuat api unggun.
Di bagian paling belakang, terdapat bangunan yang memang dedesain setengah jadi. Dua tingkat. Bagian atas dapat menikmati pemandangan pegunungan hijau yang asri. Kafe Shelter Kopi Bromo menyediakan menu makanan dan minuman.
Oleh-oleh dari Eksotika Bromo (13-habis). Berbagai jenis biji kopi Bromo yang disajikan di Kafe Shelter Bromo.-julian romadhon-
Kopi, misalnya, diambil dari jenis kopi arabika yang tumbuh di lereng Bromo. "Ada bromo honey. Kopinya berasa fruity, ada unsur asamnya. Kalau bromo aerob, after taste-nya ninggal sedikit rasa pahit di lidah," kata Sukma Aprilliani, barista Shelter Kopi Bromo.
Selain itu terdapat beberapa biji kopi khas setempat. Seperti kopi arabika bromo kusno, bromo muji, kopi tengger dan sebagainya. Sayangnya saat itu terjadi pemadaman lampu. Jadi prosesnya penggilingan kopinya dilakukan secara manual, menggunakan mesin penggiling atau gerinder.