“Memilih angka 8 karena angkanya bagus. Angka yang tidak pernah terputus. Sehingga ini menjadi simbol harapan kita mengenai Aksara Jawa yang semakin dibumikan,” terang Nanang.
Selain siswa SMK Kristen Masa Depan Cerah, di tempat lain Thony juga melakukan giat yang sama. Bedanya, partisipan yang ikut adalah dari Mahasiswa UPN Veteran Jatim yang berasal dari berbagai daerah.
Kain itu dibawa ke tempat pameran Beyond Vision untuk dikenalkan kepada pengunjung yang datang. Menjadi latar belakang talkshow Budaya Aksara Jawa Di Kota Surabaya diselenggarakan.
Dari perspektif seorang penulis buku fabel yang menggunakan bahasa dan Aksara Jawa, Ita Surojoyo menganggap pendidikan di tahap sekolah dasar mengenai Aksara jawa masih minim. “Kalau Bahasa Jawa kan jadi muatan lokal, hanya seminggu sekali, sedangkan untuk mengenali bahasa dan Aksara butuh waktu lebih dari 1-2 jam,” terangnya.
Penulis buku fabel berjudul Titi Tikus Ambeg Welas Asih itu berharap bahwa Pendidikan mengenai daerah untuk anak-anak, terutama budaya dan bahasa lokalnya tidak diminimalisirkan.
Membumikan Aksara Jawa, juga merupakan salah satu gerakan dan kontribusi dalam pembangunan kota. Nanang menyampaikan bahwa akan ada giat massal lagi yang langsung akan dihadiri oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi.
“Kita menunggu jadwal Walikota. Target kita minggu depan di plaza Surabaya dengan target umum, supaya masyarakat juga bisa berpartisipasi untuk menulis bersama Pak Wali,” papar Nanang. (Wafiqul Azizah)