SURABAYA, HARIAN DISWAY – Berdampingan dengan momen yang pas. Jumat, 10 November 2023 yang kita peringati bersama sebagai Hari Pahlawan Nasional, diluncurkan pula buku Perempuan Penjaga Hutan. Masuk dalam rangkaian kegiatan hari ke-4 Konferensi dan Kongres Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan.
Talkshow menjadi pilihan sebagai metode penyampaian isi buku. Juga megundang narasumber dari dua perspektif. Dosen Gender Specialist Universitas Airlangga Pinky Saptandari dan juga Direktur Wahid Foundation menjadi narasumber utama dalam perbincangan yang dimoderatori oleh jurnalis Harian Disway Heti Palestina Yunani.
Heti membuka dengan mengajak Forum Perempuan Penjaga dan Pengelola Hutan Indonesia (FP3HI) untuk sorakkan “Merdeka” sebanyak tiga kali sebagai penghormatan atas jasa para pahlawan.
“Buku ini menceritakan tentang seorang perempuan pejaga hutan yang dikejar aparat lalu bersembunyi di semak-semak. Namun, malah bertemu dengan ular besar,” terang Agung Putu Iskandar selaku penulis.
BACA JUGA:Konferensi dan Kongres Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan Se-Indonesia, Diskusikan Apa?
Isi dari buku tersebut menggugah pendapat dan kritisi dari Pinky. Sebagai pembuka, ia mendeskripsikan buku Perempuan Penjaga Hutan dengan lagu Tulus – Manusia Kuat.
Dosen Unair bidang Gender Specialist Pinky Saptandari (tengah) sedang memberikan saran tentang buku Perempuan Penjaga Hutan pada Jumat, 10 November 2023-M Ahkyar Shubekhi/HARIAN DISWAY-
Liriknya yang “Manusia-manusia kuat, itu kita. Jiwa-jiwa yang hebat, itu kita,” nyanyian Pinky yang diikuti oleh seluruh peserta dan berakhir dengan tepuk tangan meriah.
Perempuan berambut pendek berbaju hijau itu menyatakan bahwa pengalaman yang dituliskan oleh para perempuan penjaga hutan ini luar biasa. “Tidak hanya menjaga kelestarian dan ketahanan pangan. Namun, juga membongkar stereotip yang menganggap perempuan lemah, laki-laki kuat,” terangnya.
Pinky mencatat dua hal yang kiranya bisa menjadi saran yang membangun bagi keberlangsungan buku ini. “Yang pertama saya rasa perlu diangkat siklus tradisi, nilai keelokan, dan dijadikan e-book mengingat era digital sekarang semakin berkembang,” tegasnya.
BACA JUGA:Perilisan Portal Kursus Belajar PUSPA-Online: Mudahkan Pelatihan KUPS
Sedangkan poin yang kedua Pinky berharap para perempuan penjaga hutan ini harus bisa menjadi pelaku, tidak hanya pelapor. Maksudnya, ia berharap bahwa mereka tidak hanya diceritakan dalam tulisan, tapi mereka yang menulis.
Giliran Mujtaba Hamdi yang mengungkapkan pendapatnya. “Buku ini penting dan menarik, menceritakan bagaimana para aktor perempuan turut melestarikan dan terlibat dalam perhutanan sosial,” katanya.
Taba ingin menilai buku ini dengan pandangan lebih luas. Katanya, Indonesia sekarang sedang menjadi sorotan dunia tentang perubahan iklim dan posisi hutan yang ada.
“kita ingin menunjukkan ke publik luas, bahwa Indonesia tidak hanya perhatian terhadap hutannya, melainkan melibatkan masyarakatnya secara langsung dalam pelestarian hutan,” terang pria berkacamata berambut gondrong itu.