HARIAN DISWAY- Temulawak dikenal sebagai tanaman asli Indonesia yang kini ditetapkan sebagai tanaman obat unggulan. Penetapan tersebut diumumkan dalam pameran alat kesehatan dan farmasi dalam rangka Hari Kesehatan Nasional Ke-59 pada 9 November di JCC Senayan, Jakarta.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin hadir untuk membuka pameran. Ia pun merasa sangat senang dengan kabar baik tersebut.
"Saya menyambut gembira karena temulawak dinobatkan sebagai tanaman obat unggulan Indonesia. Semoga ini menjadi langkah yang baik untuk mendukung pencapaian kemandirian farmasi dalam negeri,” ujar Ma'ruf.
Ia meminta agar menjaga mutu dan kualitas temulawak melalui pengembangan dan pengelolaan temulawak sebagai obat tradisional unggulan Indonesia. Upaya tersebut penting untuk menunjukkan bahwa temulawak aman dikonsumsi masyarakat.
BACA JUGA: Menghirup Bubuk Jahe Sembuhkan Omicron? Hoaks!
Selain itu, Ma'ruf meminta produk obat-obatan tradisional Indonesia lainnya yang telah terstandarisasi agar terus dipromosikan dan dikembangkan. Dengan begitu, produk obat tradisional buatan Indonesia tidak kalah oleh produk sejenis seperti ginseng dari Korea Selatan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa penetapan temulawak sebagai tanaman obat tradisional unggulan Indonesia didasarkan pada banyaknya kandungan yang terdapat di tanaman tersebut.
"Beberapa kandungannya ialah zat besi, vitamin, kalsium, sodium, dan asam folat. Selain itu, temulawak mengandung banyak zat aktif, salah satunya kurkuminoid yang berkhasiat untuk mencegah berbagai penyakit hati seperti fatty liver, sirosis, bahkan kanker hati,” tutur Menkes Budi.
"Penyakit fatty liver itu pengobatannya susah. Tapi, ada tanaman Indonesia yang bisa mengobati. Karena itu, butuh antioksiden yang bernama kurkumin,” imbuh Budi.
BACA JUGA: Luka Diabetes, Obati dengan Gel Daun Sendok Temuan Dosen UBAYA
Budi juga berharap agar upaya pengembangan dan riset kandungan dalam tanaman temulawak terus dilakukan. Hal itu dilakukan agar lebih banyak mendapatkan manfaat kesehatan yang didapatkan dari khasiat temulawak.
Harapan Budi lainnya terkait dengan sektor farmasi yang dapat membantu mempromosikan produk temulawak secara aktif di tengah perkembangan riset temulawak sebagai bahan baku obat. Dengan begitu, temulawak dapat dikenal secara luas tidak hanya nasional, tapi juga global.
Selain itu, Kementerian Kesehatan meningkatkan konsumsi jamu pada masyarakat. Upaya itu diperkuat dengan terbitnya Peraturan Presiden tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu.
“Dalam rangka kemandirian kesehatan, obat-obatan tradisional asli Indonesia kita dorong. Mudah-mudahan dengan peluncuran perpres ini, makin banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi jamu,” harap Budi. (*)