"Sasaran lokasinya adalah sebagian besar Kota Yogyakarta dan 1 bagian Kecamatan di Kabupaten Bantul," kata Riris.
Ia juga menyebut bahwa AWED fase 3 itu adalah field trial terbesar di dunia.
“Hal itu dikarenakan uji klinis dilakukan pada toral populasi 312,000 orang dengan total 24 klaster dalam wilayah seluas 26 km persegi. Dengan rincian 0,7 hingga 1,6 kilometer persegi per klaster,” tutur Prof Riris.
Selain itu, Prof Uut menambahkan implementasi intervensi Wolbachia sebagai pelengkap dari program pengendalian Dengue memerlukan kepemimpinan pemerintah, dukungan kuat dari pemangku kepentingan dan penerimaan masyarakat.
Prof Uut menepis bila Wolbachia ini digunakan sebagai metode “pengganti” penanganan DBD yang sudah berjalan selama ini.
Wolbachia hanyalah metode “pelengkap” dan tidak mengganti alat pembasmi nyamuk yang sudah ada.
Prof Uut menambahkan hadirnya teknologi Wolbachia bisa menurunkan 83 persen kegiatan fogging.
Sehingga ada manfaat dari penghematan sisi pembiayaan dan penerapan green technology dikarenakan fogging harus menggunakan asap berbahan kimia.
“Selain itu, Wolbachia terbukti ampuh menurunkan kasus Chikungunya sebesar 56 persen dan Zika sebesar 37 persen di Niteroi,” pungkas Prof Uut. (Wehernius Irfon)