HARIAN DISWAY - Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meyakinkan bahwa eksperimen penyebaran nyamuk pembawa bakteri wolbachia aman untuk kesehatan.
Penyebaran nyamuk Wolbachia merupakan strategi untuk memerangi penyebaran virus dengue yang dibawa oleh vektor nyamuk aedes aegypti.
Caranya adalah telur-telur nyamuk aedes aegypti diinjeksi dengan bakteri wolbachia. Bakteri yang masuk ke tubuh, bisa membunuh virus dengue yang ada dalam tubuh orang tersebut.
Wolbachia sendiri merupakan bakteri yang terdapat di dalam tubuh serangga secara alami, bukan bakteri dari hasil rekayasa genetika.
Bakteri ini bisa diturunkan dari 1 generasi serangga ke generasi selanjutnya.
Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah Prof DR Adi Utarini, M.Sc, MPH, PhD mengatakan bahwa penggunaan bakteri Wolbachia aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.
"Hal itu dikarenakan bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk tidak bisa pindah ke tubuh manusia," kata Utarini dalam sebuah pers briefing Senin, 20 November 2023.
Selain itu, fungsi dari metode penggunaan bakteri Wolbachia ini adalah mengurangi replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk aedes aegypti.
Dengan demikian, penyebaran virus demam berdarah dengue (DBD) maupun keparahan infeksinya dalam sebuah komunitas bisa ditekan.
Perempuan yang akrab disapa Uut itu menuturkan, hal ini terbukti dalam riset Wolbachia di Yogyakarta dengan menggunakan AWED uji klinis lapangan teracak (CRCT) pada fase ketiga.
Hasil riset menunjukkan bahwa penyebaran Wolbachia bisa menurunkan 77 persen kejadian infeksi dengue dan 86 persen rawat inap akibat dengue.
BACA JUGA: Teknologi Wolbachia Bukan Rekayasa Genetika, Hanya Bakteri di dalam Tubuh Nyamuk
“Kebijakan Kementerian Kesehatan telah didasarkan oleh analisis risiko, bukti ilmiah terbaik, rekomendasi AIPI dan rekomendasi WHO VCAG,” imbuh Profesor di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu.
Dalam kesempatan yang sama, Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada Dr Riris Andono Ahmad, BMedSc, MPH, PhD membahas uji klinis Wolbachia di Yogyakarta.
Prof Riris menjelaskan fase 3 uji klinis lapangan teracak (CRCT) pada penyebaran Wolbachia dilakukan sejak bulan Januari 2017 hingga Maret 2020.