HARIAN DISWAY - Meskipun sudah lewat jauh dari momen, kado tak pernah sia-sia untuk diberikan. Apalagi kepada Kota Surabaya. Saat ulang tahunnya 31 Mei lalu. Atau saat peringatan Hari Pahlawan 10 November. Kado itu berupa buku kumpulan cerpen berjudul Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek. Kumpulan kisah fiksi tentang Surabaya.
Buku ini lahir diawali ketika Padmedia Publisher mengadakan lomba menulis yakni Sayembara Menulis Cerita Pendek. Bertema Surabaya dalam Nafasku. Dibuka sejak Februari 2023 dan berakhir Mei 2023. Tema itu dipilih karena Padmedia hendak menyemarakkan ulang tahun kota Surabaya dengan hal berbeda.
Selain itu, dari sisi dunia fiksi, Surabaya selalu menarik untuk dikulik dari banyak sisi. Ternyata betul, tema itu menarik peserta untuk ikut. “Responsnya luar biasa. Terbukti, ada ratusan naskah yang masuk ke meja Padmedia. Isinya mengesankan antusiasme yang tinggi untuk bercerita tentang kota terbesar kedua ini,” kata Wina, penggagas sayembara.
BACA JUGA: Buku Jamanika Resti Wastra Jawi Wetan Rilis Bareng Pembukaan Batik Fashion Fair 2023
Menurutnya, keberadaan kota yang terkenal dengan lontong balapnya itu menjadi berwarna-warni. Ada yang menyinggung gedung-gedung tinggi, jalanan hijau, trotoar lebar, gang-gang sempit dengan warga yang ramah dan makanan yang menggoyang lidah, orang kaya, kaum marjinal, sampai para pemburu kehidupan. Semua ada di Surabaya dan mampu mengungkit dunia imajinasi para penulis.
Termasuk ketika dalam beberapa tahun ketika Surabaya menjadi viral karena bunga tabebuya yang biasa bermekaran pada November yang ditulis Yuliani Kumudaswari. “Berbarengan dengan hujan yang mulai berbondong-bondong mengirim kabar. ”Apa yang Anda lakukan di bawah tabebuya? Di ranah fiksi, jangankan bunga, rujak cingur bisa jadi indah,” ungkap Wina.
Buku Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek ini akan diluncurkan pada Sabtu, 9 Desember 2023 di Townhall, Midtown Hotel Surabaya, pukul 13.00. Dimeriahkan dengan mementaskan cerpen-cerpen itu menjadi rupa-rupa pertunjukan. -Padmedia-
Itulah menariknya buku ini. Sebagai kisah-kisah arek Suroboyo, penulis yang mengirim karya menawarkan banyak kekhasan fenomena apa pun di Kota Pahlawan ini. Setelah dikurasi oleh juri, terpilihlah 13 naskah. Ditulis para penulis dari berbagai kota di Indonesia bahkan luar negeri seperti Turki dan Selandia Baru. Usia para penulis juga beragam, mulai dari 17 hingga ‘40an tahun.
Ditambah satu naskah dari penerbit sehingga total menjadi 14 cerpen, ternyata tidak serta merta naskah para penulis itu langsung lolos di tangan editor sebagai proses kurasi berikutnya. Wina harus membedah naskah-naskah itu selama lebih dari sebulan. Bahkan masih ada drama penggantian judul, perombakan plot, memangkas cerita atau memanjangkan cerita.
“Semua itu menjadi lalu lintas yang memakan waktu untuk mendapatkan cerita yang renyah, enak ‘dikudap’ oleh pembaca dan yang penting terasa Surabaya banget karena ini buku persembahan para penulis untuk Surabaya. Merayakannya di segala waktu bolej saja bukan,” terangnya.
Bahkan judul buku dan penggantian sampul yang dibuat perupa Yoes Wibowo itu mengalami perombakan wajah hingga empat kali. “Tapi akhirnya jadi. Kami sepakat memberi judul yang memadukan unsur judul dari dua judul menjadi Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek. Semoga itu mewakili semuanya. Terutama menunjukkan sekumpulan cerita fiksi dengan latar Kota Surabaya dari masa ke masa,” ujar Wina.
Buku Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek ini akan diluncurkan pada Sabtu, 9 Desember 2023 di Townhall, Midtown Hotel Surabaya, pukul 13.00. Dimeriahkan dengan mementaskan cerpen-cerpen itu menjadi rupa-rupa pertunjukan.
“Pengemasan peluncuran itu sangat menarik. Seperti menjadi cara endorser buku kepada calon pembaca. Itulah mengapa kami mendukung rencana Padmedia meresmikan buku di sini karena sesuai dengan konsep hotel kami yang mengusung kekuatan lokal Surabaya,” tegas General Manager Midtown Surabaya Hotel Nurvedi Eko.
BACA JUGA: Kisah Pembuatan Buku Prabowo Subianto: 'Kepemimpinan Militer'
Ada ludruk oleh The Luntas Indonesia yang mementaskan cerpen Mata Sunyi Benteng Kedung Cowek. Pembacaan cerpen oleh salah seorang penulis yakni Ricardo Marbun yang justru memilih Tabebuya. ”Pertunjukan live music oleh Heru Satrianto dengan ukulele akan menceritakan cerpen Yang Tenggelam di Dasar Kopi Aren,” kata Wina, pendiri Perempuan Penulis Padma itu.
Rencananya, masih ada teatrikal cerpen persembahan komunitas Roode Brug yang didirikan sejawaran Surabaya Ady Setyawan. Puisi saduran yang ditulis Heti Palestina Yunani berdasarkan cerpen Jeratan Mimpi di Tambak Gringsing akan diparadekan oleh beberapa penulis yang siap naik panggung merayakan kelahiran anak karya mereka. (*/Heti Palestina Yunani)