STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (10-Habis): Satu Suara untuk Perubahan

STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (10-Habis): Satu Suara untuk Perubahan

Pihak kampus dan mahasiswa STKW satu suara untuk penegerian.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya terus memperjuangkan status negeri. Mahasiswa dan kampus bersatu. Bukan meminta menjadi istimewa. Tapi setara. Karena seni layak dihargai seperti bidang lainnya. 

Di setiap karya mahasiswa dan dosen STKW ada suara lantang: "Kami siap jadi PTN Seni Jawa Timur." Di antara goresan kuas dan pahatan tanah liat, gema gamelan, gerak tubuh, bersemayam harapan yang terus tertunda: penegerian STKW. Bagi mahasiswa, itu bukan sekadar status. Tapi soal pengakuan dan masa depan.

Zulfikar Alwiansyah, mahasiswa jurusan Seni Rupa Murni semester 7, menyampaikan dengan tegas, “STKW layak jadi negeri karena kami satu-satunya kampus seni murni di Jawa Timur.” 

BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (9): Yuddan Fijar Meniti Prestasi di Kancah Nasional

Baginya, status swasta kampusnya menjadi ironis. Karena mereka seperti diabaikan oleh masyarakat Jawa Timur. Padahal mereka menjunjung tinggi seni, khususnya seni dan budaya Jawa Timur sebagai inti pendidikan.

Tapi harapan itu terbentur kenyataan. Penegerian STKW tertunda begitu lama. Lantas apa alasannya? Banyak mahasiswa maupun alumni menebak-nebak. “Katanya, terkendala persoalan administratif dan lahan,” ujar Shinta Bellinda Antonia, alumni angkatan 2019. 

Dia mengaku sempat frustrasi. “Kami enggak pernah tahu detailnya. Transparansinya kurang. Kami cuma dengar kabar berseliweran. Tapi tidak tahu tentang faktor utamanya,” bebernya.


Mahasiswa jurusan Teater STKW bersama Deny Tri Aryanti (tengah) usai berlatih di Gedung Teater kampus tersebut pada Selasa, 19 Agustus 2025.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (8): Ahmad Faishal dan Deny Tri Aryanti, Menanti Di Ruang Tunggu

Dampaknya terasa langsung. Amanda Aprilyana Tantri, mahasiswa asal Nganjuk, menyebut bahwa fasilitas kampusnya masih terasa minim.

“Sarana dan prasarana sebaiknya harus ditambah. Padahal kami menerima jalur seniman. Bahkan ada teman-teman berkebutuhan khusus yang ingin sekolah seni,” terang mahasiswa 21 tahun itu. 

Namun, mahasiswa tak tinggal diam. Mereka memilih bersuara lewat karya dan prestasi. “Kami mendukung penegerian dengan cara kami sendiri. Kami bersuara lewat pameran, lomba, dan forum seni,” kata Amanda. 

BACA JUGA:STKW dan Dua Dekade Perjuangan Meraih Status Negeri (7): Trinil Windrowati, Mengabdi dan Terus Berkarya

Lewat ARTSUBS, misalnya, akademisi STKW diundang sebagai narasumber untuk bicara karya. Dalam talk show tersebut, mereka sekaligus menyampaikan tentang kampusnya yang tak kunjung mendapat status negeri. Pun, mendapat dukungan dari seniman-seniman lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway