Menyusuri Kisah Arek Suroboyo dalam Antologi Cerpen Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek

Menyusuri Kisah Arek Suroboyo dalam Antologi Cerpen Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek

Para penulis antologi cerpen berfoto bersama dalam acara pentas sastra dan peluncuran buku di Townhall Restaurant, Hotel Midtown Surabaya. -Alhamdy Danny Candra-

HARIAN DISWAY - Sebutan Kota Pahlawan telah menjadi panggilan akrab bagi Surabaya. Kota ini kini telah mencatatkan sejarah gemilang selama 730 tahun pada 31 Mei 2023 lalu.

Untuk itulah penerbit buku Padmedia Publisher menggandeng 14 penulis dari berbagai kota memberi sebuah kado istimewa: antologi cerpen berjudul Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek yang dieditori Windy Effendy.

Inisiatif ini bermula dari dari Sayembara Menulis Cerita Pendek dengan tema Surabaya dalam Nafasku. "Digelar Padmedia dalam rangka merayakan kota ini yang telah memberikan inspirasi dan sekaligus memberikan apresiasi pada karya-karya sastra lokal," kata Wina Bojonegoro, pengagas sayembara dan founder Padmedia.

BACA JUGA: Parade Peluncuran 6 Buku Filmis Elang Nuswantara (2-Habis): Kearifan Lokal ala Writerpreneur Profesional

Dalam antologi ini, ada 13 penulis hasil dari seleksi sayembara. Mempersembahkan kisah-kisah yang menggambarkan kehidupan setiap sudut kota. Judul yang dipilih akhirnya menjadi jendela yang terbuka lebar untuk menyusuri beragam pengalaman di Surabaya. 
Para penulis antologi cerpen 'Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek' menceritakan alasannya memilih cerita tersebut sebagai bentuk kado untuk Surabaya dalam acara peluncuran buku di Townhall Restaurant, Hotel Midtown Surabaya.-Alhamdy Denny Candra-


Pada acara peluncuran buku yang berlangsung gayeng di Townhall Restaurant, Midtown Hotel Surabaya di Jalan Ahmad Yani 76, pada 9 Desember 2023, para penulis yang bisa hadir mengungkap alasan di balik pemilihan judul masing-masing cerpen.

Ada Achakawa (Sidoarjo), Ricardo Marbun (Surabaya), Magda Omega (Malang), Amara One (Surabaya), Umi Hikmawati (Bekasi), Winarti JV (Surabaya), dan Wina.

Tiap judul tidak hanya sekadar rangkaian kata, melainkan jendela yang membuka pandangan pembaca tentang sudut pandang pribadi penulis terhadap Surabaya.

Wina, juri penulisan bersama sastrawan ternama Oka Rusmini, dalam acara peluncuran buku mengungkap bahwa penjurian sayembara ini tidak main-main. Ia tetap mengutamakan kualitas dalam karya sastra agar tetap masuk akal ketika dibaca.

Dia berusaha memperhatikan setiap detail kecil. “Setelah memilih 13 nama bersama Mbak Oka itu pun, kami masih harus melakukan revisi-revisi naskah,” ujarnya. “Riset itu harus benar, kalau kita penulis asal nulis, pasti diguyu sama yang baca,” tambahnya.
Para penulis antologi cerpen 'Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek' menceritakan alasannya memilih cerita tersebut sebagai bentuk kado untuk Surabaya dalam acara peluncuran buku di Townhall Restaurant, Hotel Midtown Surabaya.-Alhamdy Danny Candra-


Untuk menandai peluncuran, digelarlah berbagai pertunjukan berbau sastra. Mengulik judulnya. Benteng Kedung Cowek, lambang sejarah yang kuno yang menjadi saksi bisu pertempuran Surabaya dipadukan aroma kopi aren yang harum juga rasanya yang manis legit.

Ramuan itu mengajak pembaca untuk menyelami kehidupan Arek Suroboyo. Seperti membacanya, maka pertunjukan bagai membuka setiap halaman menciptakan pengalaman mendalam.

Membangkitkan kembali rasa suasana lokal yang mungkin terabaikan di tengah gemerlapnya kemegahan Surabaya yang semakin berkembang menjadi kota metropolitan. Tapi lewat tontonan yang menerjemahkan cerpen itu di atas panggung.

Selama pertunjukan, maka penonton seolah diajak menyusuri Surabaya dari sudut Gang Dolly, hingga pertengahan taman kota, dengan latar waktu yang berebeda-beda. 

Hal itu dikuatkan oleh masing-masing penulis yang memiliki alasannya sendiri mengapa mereka memilih latar belakang tempat atau peristiwa untuk membuat cerpen.

Ada yang terinspirasi oleh kenangan manis masa kecil di suatu sudut kota. Ada yang menangkap keunikan kehidupan sehari-hari di tengah pusat kota yang modern.
Salah satu penulis antologi cerpen 'Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek' menandatangani buku tersebut di acara peluncuran buku di Townhall Restaurant, Hotel Midtown Surabaya. -Alhamdy Danny Candra-


Salah satu penulis yang menjadi pemenang sayembara, Gania Hariani, dengan karyanya Jeratan Mimpi di Tambak Gringsing membeberkan alasannya memilih Kampung Tambak Gringsing yang terletak di Perak sebagai latar tempat.

“Itu kampung di salah satu sudut Kota Surabaya. Kehidupan di sana dari dulu dikenal sebagai perkampungan pencopet, maling, perampok. Yang buruk-buruk ada di sana. Cerpen saya tentang seputar kehidupan orang-orang yang ada di sana.” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: