"Well, kurasa seperti kata-kata bijak yang pernah dikatakan nenek kepadaku, bahwa kemarahan adalah awal dari penilaian yang buruk," tulis Vanessa Perilman.
"Aku sangat sangat menyesal. Kuharap kamu bisa memaafkanku," lanjutnya, dalam DM yang juga disebarkan oleh Harhash.
Nah, kalau pada 2021 sikap Zara sangat tegas terhadap desainernya yang meleng, kenapa kampanye The Jacket malah memancing aksi boikot yang lebih besar? Apakah para eksekutif Zara tidak mengetahui rencana kampanye itu? Atau memang inilah wajah asli Zara?
Entahlah. Yang jelas, Zara mencatat revenue global sebesar EUR 19,6 miliar alias Rp 328,7 triliun pada 2021. Mari kita lihat apakah tahun depan laporan keuangannya masih seindah itu. (*)