Sampai Sunaryo tewas. Lalu, mobil mengarah balik ke rumah Sarmo. Jenazah Sunaryo dikubur di bawah tempat tidur Sarmo, yang tiga bulan kemudian tulangnya ditumbuk, serbuk tulangnya dibakar.
Kapolres Wonogiri AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah kepada wartawan mengatakan, Sarmo dijerat pasal berlapis: Pasal 340 KUHP atau Pasal 338 KUHP subsider Pasal 339 KUHP. Ancaman hukuman mati.
Jelas, Sarmo pembunuh berantai. Umumnya pembunuh berantai membunuh para korban dengan cara yang mirip. Di kasus Sarmo, diracun. Motifnya juga mirip: Penipuan, berdalih investasi dan utang. Hari pembunuhan (mungkin kebetulan) sama: Rabu malam.
Ronald M. Holmes dalam bukunya yang berjudul Serial Murder (1998) menyatakan, pembunuh berantai rata-rata membunuh para korban dengan pola dan motif yang mirip. Jika sedikit ada variasi, tujuan pelaku adalah mengecoh penyidik yang sudah mengincar.
Di bukunya, Holmes membagi motif pembunuh berantai jadi empat: visioner, comfort atau gain, hedonistik, dan power control. Nomor satu dan dua model kuno (banyak dilakukan sebelum abad ke-20). Tiga dan empat pascaabad ke-20.
Kasus Sarmo masuk nomor dua, comfort killer. Membunuh berantai demi kenyamanan atau keuntungan pelaku. Biasanya, itu jenis penjahat bermotif ekonomi (cari gain). Misalnya, penipu, pencuri, perampok, semua yang bermotif mencari harta dengan cara kriminal.
Dalam hal motif, comfort killer mirip pembunuh bayaran, yang juga membunuh berulang. Namun, Holmes membedakan pembunuh bayaran dengan comfort killer. Pembunuh bayaran membunuh berulang karena disuruh, comfort killer atas inisiatif sendiri.
Sebelum jadi pembunuh, comfort killer umumnya penipu, penggelapan, pencuri, utang tidak bayar, atau perampok. Demi kenyamanan diri, mereka melakukan kejahatan itu. Lama-lama jadi pembunuh berantai dengan motif yang sama.
Umumnya, comfort killer membunuh kerabat atau orang yang dikenal, demi merampas harta. Cara pembunuhan umumnya jenis soft, yakni menggunakan racun. Bukan jenis keras seperti penembakan atau menggunakan senjata tajam.
Pembunuh berantai jenis itu pasti akan mengulang pembunuhan dengan motif dan cara bunuh yang sama. Tapi, mereka juga waspada terhadap pelacakan polisi. Maka, biasanya mereka membunuh dengan jeda waktu tertentu agar tidak mencolok.
Dari segi frekuensi pembunuhan, jenis itu paling jarang membunuh bila dibandingkan dengan tiga jenis pembunuh berantai yang disebutkan Holmes itu.
Repotnya, pembunuh jenis itu rata-rata orang yang tampak ramah, pandai bergaul, dan pandai bersilat lidah. Karena itu, mereka sulit dikenali masyarakat. Tapi, ada satu ciri yang khas: suka bohong dan berkhianat. Sebab, pada dasarnya penipu.
Merujuk teori Holmes, Sarmo tergolong berbahaya. Ia cenderung mengulangi membunuh setelah bebas hukuman penjara, kelak. (*)