Serial Killer dari Wonogiri

Minggu 17-12-2023,21:03 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Agung dan Sarmo kenal karena usaha yang dijalankan bersama, yakni bisnis penggergajian kayu. Sarmo pelaksana, Agung investor. ”Mas Agung inves Rp 800 juta secara bertahap di bisnis itu. Hasilnya dibagi dua,” ujar Katin.

Ternyata bisnis tidak jalan seperti perjanjian. Bukan untung, malah merugi. Agung mencurigai, Sarmo curang atau korupsi.

BACA JUGA: Nasib Bocah Neng Ayu, Anak Serial Killer Bekasi

Rabu sore, 24 November 2021, Agung meninggalkan rumah di Desa Sajen, Trucuk, Klaten, Jateng. Ia pamit ke istri, hendak ke rumah Sarmo untuk mempertanyakan kerja sama bisnis itu. Agung berangkat naik motor Honda Beat warna hitam bernopol AD 2280 AC.  

Sejak itu Agung tak pulang lagi. Hilang. 

Ketika dimarahi Agung, reaksi Sarmo tenang saja. Ia masuk rumah untuk mengambil air minum, menyerahkan ke Agung. Langsung diminum. Air itu sudah dicampur potasium sianida. Agung menggelepar, tewas. Mayatnya dikubur saat itu juga di tebing curam di kebun jahe.

BACA JUGA: Komplotan Serial Killer Berdrama, tapi Sia-Sia

Katin lapor polisi. Lalu, polisi mendatangi rumah Sarmo, memeriksa Sarmo. Dijelaskan Sarmo, Agung memang menemuinya pada Rabu, 24 November 2021. Tapi, setelah itu Agung pulang. Polisi tak punya bukti.

Katin tetap curiga berat pada Sarmo. Dia terus memantau. Beberapa waktu kemudian, keluarga Agung menemukan motor Beat mirip punya Agung yang dipakai tetangga Sarmo. Itu dilaporkan ke polisi.

Polisi mendatangi Sarmo lagi, memeriksa motor tersebut. Ternyata, nomor polisi motor sudah diganti. Nomor mesin dan nomor rangka sudah digerinda, rata. Jadinya, itu motor bodong. Lagi-lagi polisi tak punya bukti untuk menjerat Sarmo.

BACA JUGA: Perjalanan Serial Killer sampai Pasal 340 KUHP

Korban kedua Sunaryo. Kenal Sarmo sudah cukup lama. Sarmo utang ke Sunaryo Rp 48 juta, dengan menggadaikan mobil Granmax. Setelah lewat jatuh tempo pembayaran, Sarmo belum bayar. Ditagih Sunaryo, Sarmo terus beralasan. Sampai dua bulan.

Rabu malam, 27 April 2022, Sarmo menelepon Sunaryo, bilang akan bayar utang. Sunaryo diminta datang ke rumah Sarmo dengan membawa mobil Sarmo yang digadaikan itu. Maka, Sunaryo mendatangi Sarmo.

Di rumah Sarmo, utang Rp 48 juta memang dibayar kontan, mobil dikembalikan. Lalu, Sunaryo minta diantar pulang karena di dusun itu tidak ada kendaraan umum. Sarmo mengantar Sunaryo pulang dengan mobil gadaian itu.

BACA JUGA: Serial Killer dari Kampung Babakan Mande

Dalam perjalanan, Sarmo mengajak mampir ke warung angkringan di Kecamatan Girimarto. Di sana Sarmo memberikan racun potasium sianida pada minuman teh Sunaryo. Tidak berselang lama, Sunaryo mengaku pusing. Maka, cepat-cepat Sarmo mengajak masuk mobil, melaju berputar-putar keliling desa.

Kategori :