HARIAN DISWAY - Ternyata di lereng Gunung Penanggungan masih terdapat berbagai situs yang belum ditemukan. Situs-situs yang tercatat di kitab sastra kuno. Pun dengan situs petirtaan. Gunung sakral itu tak hanya punya Jolotundo dan Belahan. Masih ada situs Kutogirang.
Ki Bagong Sabdo Sinukarto duduk santai sembari menyeduh kopinya. Di halaman Petirtaan Belahan, ia bicara banyak hal tentang situs-situs di sepanjang Lereng Penanggungan. Termasuk tentang kemungkinan-kemungkinan peninggalan yang masih terpendam di dalam tanah.
BACA JUGA: Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (7): Prestise Dua Wangsa
Kitab Tantu Panggelaran, berbagai prasasti keluaran Pu Sindok dan raja-raja setelahnya, mengungkap banyak bangunan suci. Seperti telah diceritakan, bahwa Gunung Penanggungan dipercaya sebagai puncak kosmos Mahameru. Para dewa menamakannya sebagai Pawitra. Artinya suci atau keramat.
"Kalau situs yang berkaitan dengan petirtaan, sejauh ini baru ada dua. Ya Jolotundo dan Belahan saja. Tapi kabarnya ada situs lain yang diduga adalah petirtaan," ujar Ki Bagong. Kemudian ia mengarahkan tangannya, mengatakan lagi, "Di Desa Kutogirang. Kawasan perkampungan dekat Ngoro Industrial Park. Di sana ada situs yang katanya danau buatan."
"Tapi pendapat umum, situs itu diduga perkampungan kuno. Sebagian lain, itu danau buatan. Mirip kolam Segaran di Trowulan. Danau buatan termasuk petirtaan juga, kan," tambahnya.
Seperti kata Ki Bagong, situs Kutogirang terletak di Desa Kutogirang. Penamaannya sama dengan lokasi situs tersebut. Letaknya berada di kaki Gunung Penanggungan. Masuk dalam Kecamatan Ngoro, Mojokerto.
Jika Jolotundo dan Belahan melewati perkampungan dan kawasan wisata, menuju Kutogirang harus melalui kawasan industri yang cukup luas. Ngoro Industrial Park atau NIP. Berbagai pabrik besar, juga truk-truk lalu-lalang di kawasan tersebut. Pabrik minuman susu fermentasi terkenal asal Jepang juga ada di situ.
Batu andesit seperti lumpang yang dibentuk bersusun di pendapa Situs Kutogirang. Bagian tengahnya digunakan sebagai tempat pedupaan. -Guruh Dimas Nugraha-
Di bagian selatan terdapat jalan berpaving menuju perkampungan. Jalan pembatas antara NIP dan kawasan pemukiman warga. Harian Disway melewati jalan menurun, kemudian lewat di depan SMAN 1 Ngoro Mojokerto. Pemandangan cukup apik. Puncak Penanggungan tertutup awan kecil.
Dari kejauhan, kontur perbukitan gunung tersebut seperti memiliki tiga puncak. Persis seperti senjata trisula Dewa Siwa dalam Hindu. Punya tiga mata pedang. Mungkin dari kondisi geografis itulah muncul keyakinan bahwa Penanggungan adalah gunung paling sakral. Sebagai potongan puncak Mahameru yang dibawa para dewa ke tanah Jawa.
Sebagai bagian tersuci dari gunung di Jambhudwipa yang tak terukur tingginya, maka dipercaya pula bahwa Dewa Siwa tinggal di sana. Kurang lebih dua menit dari SMAN 1 Ngoro, sampailah di Situs Kutogirang.
Posisinya ada di gang yang tak terlalu lebar. Di ujung, terdapat rimbun pepohonan dan semak-semak. Jalannya berpaving dan di sekitar situ merupakan areal perkebunan warga. Lebih dekat dengan situs, di kanan-kiri gundukan tanah terdapat potongan-potongan bata.
Bisa jadi itu merupakan bata kuno yang terserak. Bahkan posisinya ada yang terpendam sebagian di dalam tanah. Bagian depan Situs Kutogirang terdapat pendapa beratap limasan. Di dalamnya tampak peninggalan seperti lumpang batu yang disusun dua. Di bagian atas terdapat wadah kecil pedupaan.
Bagian utama situs ada di samping pendapa tersebut. Melangkah turun, melewati sulur-sulur daun buah naga. Di situ terdapat tumpukan batu bata kuno. Agak memanjang, masing-masing ada di kiri dan kanan.
Tampaknya situs itu belum selesai dieskavasi. Masih terlihat batu bata yang menonjol di gundukan tanah sebelah utara dan selatan. Bila pemerintah atau dinas purbakala serius, maka bisa jadi situs tersebut sangat luas.
Tumpukan bata di Situs Kutogirang, yang dalam pandangan banyak orang merupakan situs pemukiman. Tapi ada pendapat lain bahwa situs itu merupakan danau buatan. Tempat Atrisandyabrata Dewa Siwa. -Ahmad Rijaluddin-