Tanah-tanah perlu dipangkas lebih lebar lagi supaya semua yang terpendam dapat ditemukan. Atau mungkin terkendala kepemilikan lahan? Mengingat di situ merupakan areal kebun yang subur.
Di tengah-tengah situs terdapat tumpukan batuan andesit. Dari bentuknya, memang banyak yang mengira bahwa itu merupakan situs pemukiman kuno. Tapi dari bentuknya, bisa jadi situs itu adalah kolam buatan.
Menilik kitab Tantu Panggelaran, disebutkan bahwa Dewa Siwa hendak berpindah tempat bertapa. Dari Pawitra atau Penanggungan, menuju Gunung Kemukus. Tapi sebelum pindah, Siwa melakukan upacara mandi tiga kali sehari, atau atrisandyabrata di Pawitra.
BACA JUGA: Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (8): Terancam Runtuh
Dari proses Sang Mahadewa mandi di danau. Air mengalir membasahi daun-daun waru hingga membentuk danau (badan air) di Pawitra. Begitu kisah yang ada dalam kitab tersebut. Namun, di Penanggungan tak ada satu pun danau. Tak seperti Semeru yang memiliki Ranu Kumbala atau Kelud yang punya danau di puncaknya.
Agus Aris Munandar dalam bukunya Arkeologi Pawitra, menduga bahwa kisah tersebut merupakan penjelasan terkait asal-usul pembangunan danau buatan. Ia memperkirakan danau itu adalah Situs Kutogirang saat ini.
Sebab, baginya agak sukar untuk menyimpulkan bahwa tembok memanjang itu adalah bagian dari pemukiman kuno. Pun dugaan diperkuat ciri arkhais dari nama lokasi tersebut. (Guruh Dimas Nugraha)