Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (10-Habis): Pemukiman di Daerah Hulu

Kamis 18-01-2024,06:05 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

Situs Kutogirang dan atrisandyabrata merupakan simbol dipercikinya lingga atau lambang Siwa, atau arca perwujudan Siwa. Dalam ritusnya, benda-benda suci itu kerap diperciki dengan air selama tiga kali. Yakni tiga kali waktu siang dan tiga kali saat malam.
Kitab Tantu Panggelaran menulis bahwa Dewa Siwa ber-atrisandyabrata di danau, di Lereng Penanggungan di sebelum Ia pergi ke Gunung Kemukus. Diperkirakan danau buatan tersebut adalah Situs Kutogirang saat ini. -Ahmad Rijaluddin-

Pun di lereng tengah Gunung Penanggungan, di berbagai punden berundak, ritus itu dilakukan. Airnya diambil dari petirtaan Jolotundo dan Belahan. Maka seperti telah diceritakan dalam seri sebelumnya, di lereng Penanggungan banyak ditemukan pecahan-pecahan gerabah. Setelah direkontruksi, bentuknya wadah air. Seperti tempayan, gentong, kuali, dan cawan besar.

Air ditempatkan dalam wadah untuk melakukan upacara pemercikan air suci pada arca atau lingga Siwa. Juga, Tantu Panggelaran menyatakan bahwa Siwa ber-artisandyabrata di danau Lereng Penanggungan. Maka secara hipotetik, danau buatan Kutogirang dibangun untuk keperluan ritus pemujaan Siwa.

BACA JUGA: Menyingkap Situs Petirtaan Lereng Penanggungan (9): Danau Atrisandyabrata Siwa

Para brahmana, resi atau orang suci pada masa lampau melakukan upacara mandi tiga kali pada siang hari, tiga kali pada malam. Ketika mereka mandi, mereka menghadap puncak Penanggungan dengan hati yang diliputi kegembiraan. Dalam bahasa Jawa Kuno disebut agirang.

Jika pihak terkait lebih serius dalam hal eskavasi, maka Lereng Penanggungan sejatinya menyimpan tiga situs yang berkaitan dengan air atau petirtaan. Yakni Jolotundo, Belahan, dan Kutogirang. Bahkan mungkin saja ada situs-situs lain yang masih terpendam di dalam tanah. Menunggu untuk ditemukan. (Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :