Kasus Ledakan SMAN 72 Jakarta, Benarkah Korban Bully Lebih Rentan Meniru Konten Ekstrem?
Air soft gun mainan yang diduga milik pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta. Nama teroris dunia hingga simbol radikalisme tertulis di bagian selongsong dan badan senjata mainan itu.-Istimewa-
Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta yang terjadi pada Jumat, 7 November 2025 sekitar pukul 12.15 WIB, membuat publik geger. Total korban mencapai 53 siswa. Ada yang luka ringan dan berat. Sebanyak 33 orang di antaranya masih menjalani perawatan hingga kemarin.
Ironisnya, terduga pelaku ledakan itu merupakan siswa setempat. Remaja yang masih berusia 17 tahun yang kini masih dirawat di rumah sakit. Dari kesaksian ZA, siswa kelas XI SMAN 72 Jakarta, pelaku kerap dirundung (bully) di sekolah.
Dugaan sementara, perundungan itulah yang menjadi motif pelaku melangsungkan aksi nekat tersebut.
BACA JUGA:Ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara: Pelaku Korban Bully
BACA JUGA:Polisi Temukan Senjata Mainan Bertuliskan Nama Brenton Tarrant di Lokasi Ledakan SMAN 72 Jakarta
"Kita dari sore sampai malam kemarin sengaja meluruskan informasi supaya tidak simpang siur. Apakah yang bersangkutan korban bullying, Ini juga masih kita dalami," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada awak media, Sabtu, 8 November 2025.
Penyidik masih mengumpulkan berbagai keterangan dan bukti untuk mengungkap motif sebenarnya. Namun, proses penyelidikan terkendala karena beberapa saksi kunci juga menjadi korban dalam peristiwa tersebut dan masih menjalani perawatan medis.
Tim gabungan dari Polda Metro Jaya, Bareskrim Polri, dan Densus 88 Antiteror masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan penyebab ledakan. Area sekolah pun masih disterilkan dan dijaga ketat dengan garis polisi.
BACA JUGA:Pengamat Terorisme: Ledakan di SMAN 72 Jakarta Bukan Aksi Teror Terorganisasi
Polisi menemukan senjata api laras panjang dan pendek di lokasi kejadian. Semua senjata api itu mainan yang diduga milik pelaku.
Dalam foto yang beredar di media sosial, terlihat senjata laras panjang mainan berwarna hitam itu dipenuhi berbagai macam tulisan seperti 14 Words dan For Agartha pada selongsong, hingga Brenton Tarrant, Welcome to Hell, dan Alexandre Bissonnette di badan senjata.
Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Margaret Aliyatul Maimunah, senjata mainan dan tulisan itu mengindikasikan adanya kemungkinan pelaku terpapar konten yang mengajarkan perakitan bahan berbahaya atau mendorong tindakan kekerasan.
Dia pun mendesak Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk memperketat pengawasan dan pembatasan akses anak terhadap konten-konten di media sosial.
BACA JUGA:Perundungan Diduga Jadi Pemicu Ledakan di SMAN 72 Jakarta, DPR Desak Investigasi Menyeluruh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: