The Other Side of Umrah (3): Toleransi di Masjid Nabawi

Jumat 19-01-2024,22:03 WIB
Oleh: Bagong S. dan Rahma S.

Saat ini luas bangunan masjid sudah berkembang luar biasa menjadi hampir mencapai 100.000 meter persegi, ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 meter persegi dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk salat seluas 135.000 meter persegi. 

Masjid Nabawi kini dapat menampung sekitar 535.000 jamaah yang menunaikan ibadah umrah maupun ibadah haji. 

Memasuki pelataran Masjid Nabawi segera bisa dirasakan kemegahan dan kebesarannya. Di bulan Januari ini cuaca di Madinah sedang dingin-dinginnya. Jamaah yang datang tampak memakai jaket dan pakaian tebal untuk menahan cuaca dingin yang menyergap tulang. 

Tetapi, itu tidak menghalangi hasrat para jamaah untuk beribadah di Masjid Nabawi. Di pagi buta, tampak puluhan ribu jamaah, bahkan lebih, terus berdatangan untuk salat Subuh.

Di musim dingin di bulan Desember hingga Februari hingga Maret, justru paling banyak jamaah yang menunaikan ibadah umrah.

Masjid yang megah dan sangat luas itu selalu penuh sesak para jamaah yang salat. Yang menarik dilihat adalah para jamaah tampaknya sudah terbiasa dan menerima keadaan penuh sesak itu. 

BACA JUGA: Umrah Pakai Visa Transit, Jamaah Indonesia Diperkirakan Meningkat

Ketika duduk sembari menunggu azan berkumandang dan jam salat tiba, orang terus berdatangan dan lalu lalang.

Orang yang duduk sudah terbiasa jika dilangkahi begitu saja oleh jamaah lain. Tidak ada pertengkaran dan rasa tersinggung. Para jamaah tampak sudah terbiasa dengan rasa toleransi yang dalam.

Bisa dibayangkan, ketika jamaah dari berbagai negara hadir di satu kota, bahkan satu masjid, yang tampak adalah lautan manusia. Salat yang khusyuk sepertinya mustahil dilakukan di tengah lalu lalang manusia yang terus berdatangan. 

Namun, itulah indahnya beribadah umrah. Masing-masing sepertinya tidak terganggu dengan suasana di sekitarnya.

BACA JUGA: Umrah Sudah Jalan, Haji Tunggu Instruksi

Semua larut dalam doa dan ibadahnya. Tidak peduli tua muda, dari kulit warna apa pun, dan dari etnis mana pun, semuanya sibuk dengan ibadah masing-masing. 

Sesekali kami melihat ada jamaah yang menyenggol kaki dan tubuh jamaah lain yang sedang membaca Al-Qur’an atau tengah melantunkan doa. Tetapi, sama sekali tidak terjadi protes, apalagi konflik. 

Memang, ada rumor yang mengatakan bahwa jamaah dari negara tertentu suka seenaknya dan kasar ketika mencari tempat untuk salat.

Mereka konon tak segan untuk mendesak jamaah lain hanya karena ingin salat di Raudhah atau salat di lajur paling depan. Namun, selama mengikuti ibadah umrah, kami belum sekali pun melihat atau mengalami hal itu.

Kategori :