HARIAN DISWAY - Beberapa tahun silam, China Central Television (CCTV) punya acara selingan yang tayang di sela-sela prime time news mereka. Acara itu menampilkan orang-orang yang diwawancarai wartawan CCTV secara acak di pinggir jalan.
Mereka ditanyai satu pertanyaan menggelitik, "你幸福吗?" (nǐ xìngfú ma): apakah Anda bahagia? Tentu jawabannya macam-macam.
Bahkan kocak-kocak. Ada satu kakek-kakek yang viral waktu itu, karena ia menjawab "maaf, telingaku tidak bisa mendengar dengan baik", tatkala reporter menanyai hidupnya bahagia atau tidak.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Pengusaha Restoran Asal Tiongkok Li Ning: Chuo Li Feng Fa
Memang, seiring kian majunya Tiongkok, kian banyak warganya yang bertanya-tanya apakah makin kayanya materi membuat mereka makin bahagia?
Pertanyaan reflektif begitu mungkin dirasa penting diajukan mengingat Bhutan, negara paling bahagia di dunia, tidaklah sekaya Tiongkok dalam hal perekonomian.
Padahal, dulu, Perdana Menteri Dinasti Tang Zhang Yanshang 张延赏 (727–787) berujar, "Jika duitmu triliunan, dewa pun bisa kau taklukkan, dan tak bakal ada sesuatu yang tak bisa kau lakukan" (钱至十万﹐可通神矣,无不可回之事 qián zhì shí wàn, kě tōng shén yǐ, wú bù kě huí zhī shì).
Berarti, tidak semua hal bisa didapat dengan uang --apalagi kalau uangnya sedikit. Barangkali itulah mengapa Suki Peng mengajak kita untuk "及时行乐" (jí shí xíng lè): tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk senantiasa bahagia.
"Sebab kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Makanya, nikmatilah apapun yang ada pada diri kita saat ini," kata pengusaha asal Tiongkok tersebut. (*)