Fenomena Photo Box: Ancaman atau Evolusi Industri Fotografi?

Gambaran tampak dari luar Photo Box dengan konsep vintage. -@selfphotoku-Instagram
HARIAN DISWAY - Di era serba digital dan cepat ini, dunia fotografi mengalami perubahan besar. Salah satu yang paling mencolok adalah menjamurnya bisnis photo box atau self-photo studio yang kini menjadi pilihan favorit anak muda. Anda pasti tahu, inovasi ini menjadi solusi hiburan dan ekspresi yang menyenangkan. Namun di sisi lain, tidak sedikit pemilik studio foto konvensional yang mulai merasa terancam.
1. Murah Meriah Jadi Daya Tarik Utama
Salah satu alasan utama kenapa photo box begitu diminati adalah harga yang sangat terjangkau. Untuk mendapatkan beberapa hasil jepretan estetik, seseorang hanya perlu merogoh kocek belasan hingga puluhan ribu rupiah saja. Bandingkan dengan sesi foto di studio profesional yang bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, jelas ini jadi pertimbangan besar, terutama bagi pelajar dan mahasiswa.
Tren ini juga mendorong anak muda untuk lebih spontan dalam mengabadikan momen. Tidak perlu menunggu acara penting atau momen besar, cukup ajak teman ke photo box dan langsung dapatkan hasil cetak yang bisa dibawa pulang.
BACA JUGA: 5 Aktivitas Sederhana Yang bikin Tenang: Tren Healing Tanpa Liburan
2. Mobilitas Tinggi, Bisa Ada di Mana Saja
Keunggulan utama lain dari bisnis photo box adalah kemudahannya untuk dibawa ke mana saja. Booth bisa dipasang di Mall, di tengah Bazar, atau di acara komunitas. Bahkan beberapa event kreatif kini justru mengundang vendor photo booth sebagai daya tarik tambahan. Hal ini membuat photo box punya keunggulan dibanding photo studio yang lokasinya tetap dan cenderung membutuhkan janji temu.
3. Visual Estetik Sesuai Selera Gen Z
Contoh hasil Photo Box yang estetik dengan konsep vintage yang banyak digemari Gen Z. -@selfphotoku-Instagram
Desain booth yang minimalis, pencahayaan lembut, hasil foto bergaya retro atau polaroid, hingga tambahan stiker digital membuat photo box terasa personal dan relevan. Estetika visual menjadi nilai jual utama, karena hasilnya tidak hanya disimpan, tapi juga diunggah ke media sosial. Tidak heran, booth dengan konsep ala Korea, Jepang, atau vintage selalu ramai pengunjung.
4. Studio Foto Konvensional Kian Ketar-Ketir
Dengan tren ini, studio foto konvensional mulai merasa tertinggal. Banyak di antara mereka yang kehilangan pelanggan, terutama dari kalangan remaja. Sesi foto formal yang selama ini jadi andalan, seperti wisuda, keluarga, atau lamaran, kian berkurang. Sementara anak muda lebih memilih sesuatu yang kasual, instan, dan menyenangkan.
BACA JUGA: 5 Tip Membuat Sourdough, Roti yang Ngetren di Media Sosial
Sebagian studio mulai beradaptasi dengan menghadirkan ruang self-photo dalam paket jasa mereka. Tapi tidak semua mampu bergerak secepat itu.
5. Inovasi atau Punah? Pilihan Ada di Tangan Pemain Lama
Fenomena ini pada akhirnya menjadi pertanyaan besar, apakah photo box adalah ancaman nyata bagi industri fotografi? Atau justru merupakan evolusi alami yang memaksa para pelaku usaha untuk berinovasi?
Jawabannya mungkin tergantung pada seberapa cepat para pemain lama beradaptasi. Mereka yang mampu menyisipkan unsur fun, fleksibilitas, dan harga terjangkau ke dalam jasa mereka bisa tetap bertahan, bahkan ikut menikmati kemajuan ini.
BACA JUGA: Unair Dorong Percepatan Sertifikasi Halal Lewat Konferensi Halal Nasional dan Inovasi Riset 2025
Photo box bukan sekadar tren sesaat. Ia adalah cerminan perubahan perilaku konsumen yang cepat, praktis, murah, dan ekspresif. Untuk para pelaku usaha fotografi, inilah saatnya membuka mata, belajar dari tren, dan mulai menggabungkan pengalaman klasik dengan sentuhan kekinian. Karena di dunia yang terus berubah, yang bertahan bukan yang paling besar, tapi yang paling mampu beradaptasi. (*)
*) Mahasiswa Magang dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber