Seni Politik Hospitalitas: Berdemokrasi Tanpa Kegaduhan dan Kebencian

Kamis 25-01-2024,11:55 WIB
Oleh: Dhimas Anugrah

Politik seyogyanya dilakukan dengan sukacita, tidak dengan pertikaian dan kekerasan, baik secara verbal maupun fisik. Seorang bijak menasihatkan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Dalam menyambut Pemilu 2024 setiap kita diundang untuk memilih parpol, wakil rakyat, dan calon pemimpin bangsa sesuai nurani maupun pertimbangan rasionalnya masing-masing. Tidak golput.

 Jika pada Pemilu 2014 dan 2019 penggunaan isu negatif maupun black campaign begitu marak, maka siapa pun hendaknya tidak ikut dalam praktik semacam itu di Pemilu mendatang. Seperti pertanyaan Iwan Fals, "Apakah selamanya politik itu kejam? Apakah selamanya dia datang untuk menghantam?"  Jawabannya: tidak! Dengan syarat, jika kita menerapkan seni politik hospitalitas. 

Kita boleh berpartisipasi politik, kita bisa berbeda pandangan politik, dan itu bisa dilakukan tanpa nyinyir, tanpa menyebarkan berita negatif, apa lagi berita bohong (hoax). Mari kita berpolitik dengan hospitalitas, sesuai dengan kultur kita sebagai bangsa Nusantara yang ramah.

*Penulis adalah Ketua Circles Indonesia (komunitas pembelajar di bidang budaya, filsafat, dan sains).

Kategori :