ABDUL Muhaimin Iskandar –lebih dikenal sebagai Imin– Khofifah Indar Parawansa, dan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul bisa disebut sebagai tiga serangkai politikus papan atas generasi baru Indonesia hasil didikan almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Tiga politikus itu sepantar dengan usia yang kurang lebih seumur. Ketiganya merupakan produk politikus yang lahir pascareformasi. Ketiganya dididik secara langsung maupun tidak langsung oleh Gus Dur.
Imin dan Ipul langsung diambil dari orang tuanya oleh Gus Dur setelah lulus dari SMA. Keduanya langsung dibawa ke Jakarta dan dikader secara langsung oleh Gus Dur. Imin maupun Ipul punya hubungan darah sebagai keponakan Gus Dur.
BACA JUGA: 50 Persen Suara Pemenangan Anies-Cak Imin di Maluku Utara Jadi Target TPD AMIN
Khofifah tidak di-hand picked atau dicomot langsung oleh Gus Dur. Meski demikian, dia termasuk generasi emas pertama politikus muda NU (Nahdlatul Ulama) yang terlibat langsung dalam kepengurusan pusat PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) yang langsung disupervisi Gus Dur pada awal 2000-an.
Gus Dur menjadi presiden RI setelah masuk ke gerbong reformasi pada fase-fase yang sudah matang. Gus Dur mendirikan PKB sebagai satu-satunya representasi partai politik milik NU setelah Pak Harto jatuh.
Selama sepuluh tahun terakhir masa kepemimpinan Pak Harto, Gus Dur menjadi oposisi lembut alias subtle opposition bagi Orde Baru. Caranya, ia membawa NU kembali ke khitah dan menarik diri dari politik praktis.
BACA JUGA: Khofifah Resmikan 68 Huntara dan Jembatan Resapombo di Blitar
BACA JUGA: Erick Thohir dan Khofifah Perkuat Paslon 02
BACA JUGA: Muslimat NU Jatim Pastikan Tegak Lurus bersama Khofifah Indar Parawansa
Dengan kembali ke khitah, NU praktis tetap berpolitik kendati tidak terlibat dalam partai politik. Gus Dur menjadi nakhoda yang lincah membawa NU mengarungi gelombang politik Orde Baru yang otoritarian di bawah Pak Harto.
Setelah Pak Harto jatuh, Gus Dur mendirikan PKB, langkah yang secara diametral bertentangan dengan spirit khitah.
Dengan mendirikan PKB, Gus Dur akhirnya bisa menjadi presiden pertama pascareformasi. Uniknya, Gus Dur naik ke posisi politik tertinggi itu tanpa dukungan PKB, partai yang dilahirkannya sendiri.
Gus Dur malah naik ke posisi puncak melalui koalisi PAN yang didirikan Amien Rais dan ”neo-Golkar” yang didirikan Akbar Tandjung.
Dua politikus itu mewakili kubu Islam modernis yang berseberangan secara ideologis dengan Gus Dur yang menjadi representasi Islam tradisional. Pragmatisme politik yang kental di era awal reformasi menjadikan dua kubu ala minyak dan air itu bersatu untuk menahan Megawati dari kubu nasionalis merah menjadi presiden.