HARIAN DISWAY - Budaya Indonesia beragam dan kaya. Turut melestarikan budaya Nusantara, Nation Star Academy memperkenalkan budaya pada 34 dosen dan mahasiswa asing dari berbagai negara.
Sebanyak 34 dosen dan mahasiswa dari berbagai negara datang ke ke Nation Star Academy (NSA), sekolah internasional di Jalan Dharma Husada Indah Barat, Surabaya, pada 30 Januari 2024. Mereka dari Thailand, Tiongkok, Vietnam, Filipina, Kanada, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan Myanmar.
Mereka disambut dengan welcoming speech oleh Principal of Nation Star Junior High School Inggriete Liany Widyasari. "Kegiatan hari ini adalah pengenalan seni tradisi Indonesia kepada para mahasiswa dan dosen dari 34 negara. Kegiatan ini bagian acara tahunan NSA. Kami fokus tidak hanya dari akademik. Tapi juga non akademik," ujar Inggriete.
Sebanyak 34 mahasiswa dan dosen asyik belajar musik tradisi Indonesia bersama para siswa Nation Star Academy. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
BACA JUGA: Sake Amerta Sari, Sanggar Gamelan di Tampaksiring yang Berikan Pelatihan Gratis buat Remaja
Kegiatan tersebut merupakan bentuk kerja sama NSA dengan ITS. Yakni melalui program internasional Community and Technological Camp (CommTECH) Insight 2024 di Direktorat Kemitraan Global (DKG) ITS. Selama di NSA, para guru bersama para siswa, memandu para tamu diajak melihat pentas seni, sekaligus meninjau ruang-ruang kesenian.
Yang pertama, mereka mendengar permainan guzheng. Yakni dawai asal Tiongkok. Dimainkan oleh Chanelle Alessandra Setyadharma, siswa kelas 9. Berikutnya disuguhi permainan wushu yang dibawakan oleh tujuh siswa. Maria Angelina Joyceline, Benediktus Jonathan Putra Patria, Celeste Maximilliana Chen, Jocelyn Claire Susanto, Bryant Tjokroasmoro, Agatha Natania, dan Johanes Navalino Putra Patria.
Melihat aksi para siswa itu, tamu dari sembilan negara itu tampak antusias dengan seni budaya Nusantara. "Melalui kerja sama kolaborasi ini, NSA melalui peserta didik, ingin mengangkat khasanah budaya, utamanya alat musik tradisional. Selain itu kami juga memaparkan filosofinya," ujar Inggriete.
Bahkan mereka diberi kesempatan belajar langsung tentang instrumentasi. Dibimbing pengajar gamelan NSA Muhammad Ihwan, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok menempati tiap perangkat gamelan dengan didampingi seorang siswa. Setelah memegang ganden atau alat penabuh, komposisi Gundul Gundul Pacul pun dimainkan.
Tampak salah seorang guru Nation Star Academy Muhammad Ihwan (kanan) memandu mereka dengan notasi yang ada di papan tulis. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
"Kita ke intro-nya dulu, ya," ajak Ihwan sambil menerangkan notasi lagunya yang terdiri dari 3-5, 3-5-6-7 dan seterusnya. Jika dibawakan untuk panduan bermain dalam bahasa Jawa, iramanya dinyanyikan: lu, mo, lu-mo-nem-tu. Namun, karena pesertanya dari luar negeri, maka penyebutan notasi itu dalam bahasa Inggris: three-five, three-five-six-seven, dan seterusnya.
Para peserta tersebut awalnya sangat asing dengan nada-nada Jawa. Nada yang notasinya unik, dan berbeda dengan notasi musik Barat pada umumnya. Tapi lama-kelamaan mereka terbiasa. Bahkan dengan cepat menguasai materi. Sekali-dua kali melakukan kesalahan itu wajar.
"Saya baru tahu tentang musik daerah Indonesia. Rupanya negeri ini budayanya begitu kaya. Musikalitasnya unik. Nada lagunya baru pertama kali saya dengar, tapi menarik," ujar Jungeun Park. Dia merupakan mahasiswi Hanyang University, Korea Selatan, jurusan Computer Sains.
Meski asing, mungkin nada-nada Nusantara sedikit banyak memiliki hubungan dengan lagu-lagu Asia, termasuk dari Korea. Maka mereka dengan cepat mempelajarinya dan mampu memainkan teknik dasar.
Belajar gamelan itu makin menarik karena Ihwan juga menjelaskan tentang makna tentang makna lagu Gundul Gundul Pacul. Kalau harfiahnya lagu ini lagu riang tentang anak berkepala plontos. Tapi ada makna yang lebih dalam.
“Bahwa Gundul Gundul Pacul adalah kearifan lokal tentang nasihat untuk para pemimpin. Seorang pemimpin itu pengemban amanah. Tentu tidak boleh sombong dan congkak dalam mengemban amanah tersebut,” beber Ihwan.
Selain belajar gamelan mereka juga mempelajari alat musik angklung dan kulintang. Sujong Jun, mahasiswa asal Korea Selatan tertarik dengan kulintang. Sebab, dua nada dapat dimainkan bersamaan dengan satu alat pukul, dengan satu nada lainnya. "Memainkan musik dengan tiga nada sekaligus? Seperti memetik not piano atau gitar, ya," katanya.
Siswi Nation Star Academy membimbing para mahasiswa dan dosen asing belajar memainkan lagu Gundul Gundul Pacul dengan gamelan. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY