Beyond NU

Rabu 07-02-2024,07:00 WIB
Reporter : Arif Afandi
Editor : Yusuf Ridho

DINDING ruang pertemuan di lantai 5 bangunan itu berlapis video wall. Hampir seluruh sisi dari ruang pertemuan berkapasitas 200 orang itu. Kecuali pintu. Karena itu, begitu memasuki ruangan, terasa seperti memasuki kabin besar. Yang full teknologi informasi.

Itu bagian menyulap gedung tempat acara menjadi semacam pesawat terbang. Membawa seluruh tamu undangan terbang menuju masa depan. Masa depan yang berubah cepat melalui pesawat yang bernama pendidikan. UNU Yogyakarta disiapkan mengangkut generasi baru NU melaju ke masa depan, dengan masa lalu sebagai pijakan.

Sementara di luar ruang pertemuan, di atrium dan lorongnya berjajar lukisan para maestro. Mulai pelukis Nasirun sampai KH A. Mustofa Bisri alias Gus Mus. Juga, karya seni berupa patung besutan I Nyoman Sunarsa. Dinding dan lorong itu menjadi galeri seni dengan karya para seniman besar.

BACA JUGA: RS Jimpitan NU

Di lantai 3 ada industrial hub. Sejumlah industri manufaktur dan jasa kenamaan di negeri ini memiliki outlet di sana. Mereka yang akan ikut mentransfer pengetahuan praksis dunia industri kepada mahasiswa. Termasuk bursa efek, perbankan, dan berbagai industri modern. Juga, ada robotik dan uang modern.

Setiap lantai dihubungkan dengan lift. Beberapa lantai yang manjadi arus utama mahasiswa juga dihubungkan dengan eskalator. Bahkan, ada satu lantai yang ada amphitheater yang setiap saat bisa digunakan untuk acara industri mengajar atau tempat para mahasiswa berkreasi dan bermusik.

Kalau saja tak ada logo NU di beberapa sudut ruangan, tak banyak yang percaya bahwa itu gedung milik NU. Tepatnya Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. ”Kalau nggak ada logo tali jagat, pasti tidak mengira ini kampus NU,” kata Sigit, wartawan kantor berita Antara.

BACA JUGA: Stigma NU Melarat

Gedung di jalan ring road barat Yogyakarta itu berdiri di atas lahan 7 ribu meter persegi. Wakaf dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Di atas lahan itu dibangun gedung 9 lantai. Bantuan Presiden Joko Widodo melalui Kementerian PUPR. Itulah gedung baru UNU Yogyakarta.

Sebelah utara gedung itu juga sedang mulai dibangun satu tower baru. Sembilan lantai juga. Kalau kelak sudah jadi, akan menjadi menara kembar. Dibantu Mohammed bin Zayed (MBZ), presiden Uni Emirat Arab (UEA). ”Targetnya selesai 6 bulan,” kata Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo. 

UNU Yogyakarta memang telah menggandeng Mohammed bin Zayed University for Humanities (MBZUH) dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Melalui kerja sama itu, akan dikembangkan program pascasarjana untuk studi masa depan. Program baru tersebut diberi nama MBZ College for The Future. 

BACA JUGA: Rebranding NU

Ada tiga pilar studi dalam School of Futures Studies. Yakni, teknologi masa depan (future technology), Islam masa depan (future Islam), dan masyarakat masa depan (future society). ”Ini akan mendorong kerja sama yang lebih erat antara Indonesia dan UEA dalam membangun peradaban Islam masa depan,” tambah Widya. 

Dari empat pilar itu dikembangkan menjadi empat program studi: Institute for Future Scenario, Lab for Future Technology, Academics for Future Sciences and Skills, dan Creative Powerhouse for Future Ethics and Values Literacy. Fokus studi pada lima bidang: Islam and The Future, Multicultural Society and Tolerance, Biology and Healthcare, Digital World, dan Future Planet and Sustainability.

Rupanya magnet NU sangat besar. Apalagi untuk sebuah gagasan yang futuristis seperti ini. Dengan demikian, bukan hanya pemerintah yang berpartisipasi untuk mewujudkan gagasan itu. Melainkan, juga sejumlah korporasi besar di negeri ini ikut ambil bagian. Mulai BUMN sampai perusahaan swasta. Itu terlihat dari nama brand yang terpajang dalam wall of fame di sana.

Kategori :