Saat Ahok Balas Dendam

Jumat 09-02-2024,07:00 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Meski, berbagai cara sudah dilakukan PDIP untuk memenangkan jagonya, Ganjar-Mahfud. Dengan aneka serangan politik ke Presiden Jokowi yang menampilkan anaknya, Gibran, mendampingi Prabowo. 

Materi serangan politik juga banyak. Mulai ”politik dinasti” yang dari hari ke hari kian usang. Sampai pernyataan orang-orang kampus di kampus yang mengkritik Jokowi. Semuanya tidak menggoyang elektabilitas Prabowo-Gibran.

Belum bisa dihitung, dampak munculnya Ahok, dengan aneka kritik itu. Ahok memang punya pengikut bernama Ahokers. Tapi, paling banyak seratus-dua ratus orang. Tidak signifikan untuk jumlah suara penduduk Indonesia.

Serangan politik dari kubu nomor urut 1 terhadap nomor urut 2 tidak segencar serangan dari nomor urut 3 terhadap 2. Cuma lemah. Cuma mengekor kritikan nomor urut 3 terhadap nomor urut 2. Apalagi, nomor urut 1 punya kelemahan, seperti disebut Ahok di atas. Kelemahan fatal.

Seumpama pilpres dua putaran, suhu politik bakal lebih panas di putaran kedua. Bakal keras. Duel sengit. Setiap paslon bakal memperebutkan suara yang pada putaran pertama ditujukan untuk nomor urut 3. Berebut abis.

Seperti sudah diumumkan pemerintah, seandainya Pilpres 2024 dua putaran, biaya pelaksanaan yang diambilkan dari dana APBN sekitar Rp 17 triliun. Sangat sayang, dana itu hanya untuk pilpres lagi. Semestinya bisa dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat dalam bentuk apa pun.

Betapa pun, semua terserah rakyat. Bebas. Mau pilih siapa di pilpres? Apa yang bakal terjadi, terjadilah. (*)

 

Kategori :