Carok dan Pergeseran Nilai di Madura (3): Etika Jantan

Jumat 16-02-2024,16:29 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

Di lokasi itulah dua pihak berduel. Yang pasti, ada pihak kalah dan pihak yang menang. Setelah berhasil mengalahkan lawannya, pihak yang menang akan mengambil senjata dari pihak yang kalah. Senjata itu dibawa untuk diserahkan pada keluarga pihak kalah.
Berbincang tentang carok di Rumah Batik Peri Kecil. Banyak hal yang didapat dari perbincangan tersebut. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

"Itu 'etika' jantan dari tradisi carok. Pemenang akan berjalan ke rumah keluarga pihak yang kalah. Memberitahu bahwa masalah antara ia dan korban sudah terselesaikan. Lalu diberi tahu pula bahwa jenazah korban berada di titik lokasi tempat duel berlangsung," tuturnya. 

Setelah tahapan itu, maka keluarga korban akan menerima dengan lapang dada. Tak ada dendam, karena hasil carok itu merupakan keputusan yang diambil oleh korban sendiri. Maka, masing-masing pihak dianggap telah siap dengan risikonya.

Seperti telah disebutkan, tidak ada dendam. Pun, pihak pemenang akan menanggung biaya pemakaman dan keperluan keluarga yang ditinggalkan. "Tapi sifatnya tidak tak terbatas. Artinya, bila memang kemampuan ekonominya terbatas, maka akan disumbang sesuai kemampuannya tersebut," ungkap pria asli Bangkalan itu.

Itulah tradisi carok yang pernah eksis di Madura. Yayuk, yang lahir dan besar di Madura, senada dengan Abah Doink. Bahwa tradisi itu kini tak eksis lagi. Bahkan sudah sejak lama. Sebab, carok memiliki tahapan dan aturan-aturan yang rumit. Bahkan tahapan tersebut bisa menjadi proses penghambat terjadinya carok. (Guruh Dimas Nugraha)

 

Kategori :