HARIAN DISWAY - Taylor Swift sebagai booster ekonomi sudah terbukti di Amerika Utara. Setiap kota yang jadi lokasi The Eras Tour mengalami lonjakan drastis dalam industri perhotelan dan kuliner lokalnya. Swiftonomics inilah yang menjadi magnet besar bagi banyak negara.
Sepuluh hari lagi, Singapura bakal mendapat giliran durian runtuh. Pelantun Cruel Summer itu singgah buat turnyi selama tiga hari mulai 2-4 Maret nanti.
Pemerintah Singapura dikabarkan menawarkan USD 3 juta atau Rp 46,9 miliar kepada bintang pop asal Pennsylvania, Amerika Serikat, itu. Tetapi, dengan satu syarat. Yakni Taylor Swift dilarang menggelar konser di negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam waktu dekat.
Dengan begitu, para Swifties–julukan penggemar Taylor Swift–dari berbagai negara akan rela datang ke Singapura. Setidaknya negara-negara dari Asia.
Konsep serupa bakal diadopsi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Pihaknya siap menggelontorkan insentif untuk mengadakan lebih banyak acara musik, olahraga, dan budaya. “Kita membutuhkan 'Swiftonomics' untuk pariwisata Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 19 Februari 2024.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menarik wisatawan asing (wisman). Supaya berbelanja lebih banyak dan tinggal lebih lama di Indonesia. Sebagaimana dampak The Eras Tour di Amerika Serikat tahun lalu.
Perusahaan perangkat lunak QuestionPro menanyai 592 Swifties dalam survei online keikutsertaan. Penggemar Taylor Swift diperkirakan menghabiskan sekitar USD 93 juta atau Rp 1,45 triliun dalam setiap konser. Tak cuma untuk tiket, tapi juga merchandise, perjalanan, hotel, makanan, dan pakaian.
Pada akhir tur, AS mendapatkan peningkatan sebesar USD 5,7 miliar atau Rp 84,4 triliun pada perekonomian negara.
Sandi optimistis konsep itu bisa diterapkan di Indonesia. Terutama melihat antusiasme masyarakat terhadap konser musik artis luar negeri selama ini. Ia mengatakan, pemerintah telah membentuk dana pariwisata sebesar Rp 1 triliun untuk mendukung kegiatan seperti itu.
Apalagi, kini Indonesia berencana untuk mengecualikan lebih banyak warga negara dari persyaratan visa. Sembari menyederhanakan izin untuk mempermudah penyelenggaraan acara di Tanah Air.
Kebijakan itu pun terbukti telah membantu meningkatkan jumlah wisatawan asing menjadi 1,1 juta pada Desember 2023. Jumlah yang mendekati capaian sebelum pandemi.
Selain itu, kata Sandiaga, Pemilu 2024 yang berjalan damai bakal membuka lebih banyak pengunjung ke Indonesia. Terutama pada perhelatan konser yang mendatangkan tujuh penyanyi dan grup band luar negeri secara bergiliran pada tahun ini.
“Saya sangat optimistis dengan beberapa transformasi yang kita lakukan di bidang pariwisata, kita akan mampu mencapai hasil yang lebih baik di tahun mendatang,” jelasnya. (*)