SURABAYA, HARIAN DISWAY - "Mit, sejak pertama kali aku ketemu kamu, aku langsung suka sama kamu," ujar Chandra kepada Mitha, siswi baru di sekolahnya. "Maukah kamu jadi pacarku?," imbuhnya, lalu hening sebentar. "Kamu kok diam saja, kamu sudah punya pacar ya?," lanjut Chandra.
Mitha hanya menatap Chandra. Lalu, dia pergi begitu saja. Tanpa berkata sepatah kata apa pun. Chandra terpaku. Seperti ada pisau menikam jantungnya.
Chandra saat jatuh cinta kepada anak baru di sekolahnya pada Film Hitam dan Hening karya SMA Kertajaya Surabaya -Tangkapan layar-HARIAN DISWAY
Ia jatuh cinta kepada Mitha pada sentuhan pertama. Chandra, seorang tuna netra hampir jatuh saat mencoba berdiri dan ditolong Mitha yang merupakan tuna rungu.
Sejak itu, perasaan Chandra berbunga-bunga. Ya, Chandra jatuh cinta tapi perasaannya tak terbalas. Mitha pergi begitu saja, tepat saat perasaannya diungkapkan dengan kata-kata.
Di tengah lamunan, sahabat Chandra datang dan bertanya apa yang terjadi. Lalu, duduk perkara mulai terang. Tentu saja Mitha tidak mendengar ungkapan hati Chandra. Mitha seorang tuna rungu.
Ya, begitulah cuplikan percakapan pada film berjudul Hitam dan Hening yang digagas oleh tiga siswa SMA Kertajaya Surabaya. Mereka ialah Rachmad Fajar Putra Sanjaya, Febriand Valentino dan Muhammad Faizal Amsyar.
Chandra saat menyatakan cintanya kepada Mitha, pada Film Hitam dan Hening karya SMA Kertajaya Surabaya.-Tangkapan layar-HARIAN DISWAY
Ide cerita dan naskah film pendek berdurasi 8.33 menit itu dibuat oleh siswa disabilitas netra SMA Kertajaya Surabaya. Film berhasil meraih Juara 3 Kategori SMA pada Kompetisi Scholunteer 2024 Dompet Dhuafa di Jakarta, Minggu, 18 Februari 2024.
Febriand Valentino menulis naskah film sekaligus berperan sebagai Chandra. Peran Febriand sangat natural dan lucu. Selain film sangat menarik, pesan yang ingin disampaikan ke penonton tersampaikan dengan baik. Pesan bahwa disabilitas bisa berkarya dengan baik tak bisa dipungkiri.
"Jadi film ini menceritakan seorang siswa tunanetra yang mencoba berkomunikasi dengan gadis tunarungu. Saya jadi aktornya," ujar Febriant.
BACA JUGA:Anak Yatim Dhuafa dan Tuna Netra Raih Penghargaan dari Kerajaan Inggris
Sebelumnya, Film Hitam dan Hening meraih penghargaan dalam Festival Film Pendek yang diselenggarakan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Selain itu juga masuk lima besar dalam kompetisi Pemuda Pelopor.
"Kebetulan yang menang penghargaan di Widya Mandala saya sendiri sebagai best actor dan filmnya akan dipresentasikan di Jakarta besok (Kompetisi Scholunteer 2024, Red) setelah menang lima besar Pemuda Pelopor," jelasnya. (Wulan Yanuarwati)