JAKARTA, HARIAN DISWAY - Risiko penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat selama musim hujan.
Hal tersebut dikarenakan adanya genangan air yang timbul setelah hujan terjadi.
Pada masa pancaroba alias peralihan antara musim hujan dan kemarau, risiko penyebaran DBD semakin meningkat.
Vektor virus DBD yakni nyamuk aedes aegypti berkembang biak secara massive ketika musim pancaroba.
Kasusnya dapat meningkat 2-5 kali lipat dari biasanya. Padatnya penduduk pun turut menjadi salah satu cepatnya penyebaran.
Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dan mulai lakukan pencegahan.
Gejala yang dapat dilihat dari penyakit ini adalah terjadinya demam hingga kurang lebih 3 hari, lalu nyeri di bagian belakang mata, nyeri di sendi atau tulang belakang dan juga adanya bintik-bintik merah pada kulit.
Gejala tersebut wajib diketahui dan dipantau terlebih bagi orang tua yang memiliki anak kecil.
BACA JUGA:Metode Wolbachia Belum Diakui WHO Sebagai Strategi Resmi Menanggulangi Penyebaran DBD
Sosialisasi tentang pencegahan DBD pastinya bukan lagi hal baru. Contohnya seperti 3M, berikan larvasida, vaksin dan juga fogging.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman tekankan lagi pencegahan DBD dengan memahami siklus-siklus supaya nyamuk-nyamuk tersebut tidak dapat berkembang biak dan menghisap darah untuk menyebarkan virus.
Epidemiolog Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman-Dok Pribadi-
“Kalau ada genangan air yang sudah terlanjur, ya dikuras, diberikan larvasida. Termasuk lakukan 3Mnya, termasuk juga jangan sampai ada tempat untuk nyamuk itu di rumah diam bergelantungan, seperti di gorden dan di pakaian yang digantung,” Jelas Dicky.
BACA JUGA:Jangan Remehkan DBD, Hati-Hati bisa Komplikasi Sindrom Syok Dengue
Dicky Budiman juga menyarankan agar Indonesia memiliki Dengue-Like Illness Surveillance yang berguna untuk mendeteksi, memantau kasus infeksi secara berkala.