Metode Wolbachia Belum Diakui WHO Sebagai Strategi Resmi Menanggulangi Penyebaran DBD
Sekjend WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Sejak 2020 telah membentuk tim riset khusus tentang keefektifan Wolbachia. Namun hingga 2023 belum mengadopsi strategi tersebut secara luas-UN News-
HARIAN DISWAY - Penyebaran bakteri Wolbachia menjadi strategi pemerintah dalam upaya menekan angka penyebaran dan perburukan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada 5 hal yang disampaikan, utamanya dalam kaitannya dengan World Health Organization (WHO) dan usulan penelitian mendatang.
“Poin pertama, WHO telah membentuk tim Advisor yang bernama Vector Control Advisory Group (VCAG) pada tahun 2020,” ujar Tjandra.
Tim VCAG menyatakan bahwa pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti dengan Wolbachia terbukti punya nilai kesehatan masyarakat untuk menangani penyebaran virus dengue.
"Hasil ini didapat dari penelitian randomized case control trial (RCT) yang dilakukan di DI Yogyakarta,” sambungnya.
Poin kedua, VCAG dibentuk oleh WHO dengan diberi mandat untuk memberi masukan kepada WHO.
BACA JUGA: Angka Demam Berdarah Masih Tinggi di Indonesia, Kemenkes Akan Sebarkan Nyamuk Wolbachia di 5 Kota
VCAG bukan penentu kebijakan WHO secara langsung, kata Tjandra, melainkan bertugas mengkaji secara ilmiah mendalam dan lalu memberi masukan serta mendukung WHO dalam formulasi programnya.
Tjandra memaparkan poin ketiga tentang tim Advisor VCAG sudah merekomendasikan WHO memulai proses pembentukan guideline untuk memformulasi penggunaan Wolbachia pada pengendalian dengue pada tahun 2020.
“Namun sampai tahun 2023 ini, WHO belum secara eksplisit mengumumkan pendekatan wolbachia dalam program penanggulangan resmi WHO kini dalam laman mereka,” lanjut Tjandra.
Poin keempat, Tjandra mengusulkan 3 pendapat jikalau pendekatan Wollbachia ini akan digunakan dalam jangka panjang ke depannya.
BACA JUGA: Rekomendasi dari WHO, Wolbachia Aman Digunakan untuk Jangka Panjang
“Usulan yang pertama, kita sangat perlu membenahi bentuk sosialisasi ke masyarakat secara maksimal agar tidak terjadi penolakan dan resistensi masyarakat dapat dikendalikan dengan baik,” jelas Tjandra.
Cara ini perlu dilakukan, kata Tjandra, agar penggunaan Wolbachia bisa menjadi program yang sukses jika ingin dijalankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: