BACA JUGA:17 Maret Adalah Hari Perawat Nasional, Simak Sejarah dan Makna Peringatannya!
BACA JUGA:Tak Hanya Nusantara, Hotel Bersejarah Ini Suguhi Kulineran Asia untuk Berbuka Puasa. Intip Menunya!
Tokoh-tokoh pejuang seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma, dan Kolonel Abdul Haris Nasution sepakat untuk patuh terhadap perintah pusat. Namun, mereka tidak mau menyerahkan Bandung Selatan kepada musuh.
Akhirnya, mereka mengambil langkah ekstrem. Rakyat diungsikan semua. Kemudian, Bandung selatan dibakar habis-habisan. Asap asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Listrik padam. Fasilitas umum lumpuh.
Dalam situasi itu, tentara Inggris menyerang. Pertempuran terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung. Padahal, di sana ada gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) menghancurkan gudang amunisi tersebut dengan dinamit. Keduanya milisi itu gugur dalam misi tersebut.
KILAS balik sejarah peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. Foto: Monumen peringatan Bandung Lautan Api di jalan BKR, Ciateul, Bandung.-Pemkot Bandung -
BACA JUGA:Sejarah dan Makna Perayaan Hari Perempuan Internasional 8 Maret
Tepat pada tengah malam, Bandung Selatan telah kosong dari warga maupun tentara. Namun, api masih berkobar di mana-mana. Berbagai bangunan seperti Bank Rakyat Bandung, Kawasan Banceuy, Cicadas, Braga, Tegalega, hingga Asrama Tentara Rakyat Indonesia dilahap api. Semuanya gosong menjadi arah. Tak sedikit yang luluh lantak menjadi abu.
Pembakaran Bandung dianggap strategi yang pas dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Karena kekuatan tentara Indonesia tidak sebanding dengan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Bakal Bikin Replika Mobil Sedan Lincoln Jenderal Mallaby di Taman Sejarah
Dari situlah muncul lagu Halo, Halo Bandung buatan Ismail Marzuki. Mengisahkan tentang kerinduan para pahlawan untuk merebut kembali Bandung yang tengah diduduki musuh.
"Sekarang, telah menjadi lautan api / Mari Bung, rebut kembali!"
Hingga kini, tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Peringatan Bandung Lautan Api. Monumen setinggi 45 meter dibangun untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut. Dirancang seperti tiga batang bambu yang menjadi penyulut api, dan diberi nama Bandung Lautan Api. (*)