Ciptakan suasana kekeluargaan, wujudkan gaya kepemimpinan yang memberikan ruang secara proporsional untuk merasakan kebebasan berinovasi saat bawahannya bekerja, tapi tetap sesuai dengan guidance yang telah ditentukan pemimpin.
Kemudian, menciptakan iklim kerja yang peka terhadap sesama rekan kerja dan dapat menjadi ”psikolog” bagi sebayanya di lokasi area kerja. Dengan begitu, seluruh anggota organisasi akan dapat saling memberikan telinganya untuk mendengar, memberikan tangan untuk membantu, dan memberikan hatinya untuk mengerti.
Intinya, semua perusahaan yang memiliki individu-individu sebagai sumber daya manusia di organisasinya tentu mulai perlu untuk dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan mental mereka dengan cara dan kemampuan masing-masing.
Yang terpenting bukan pada sebesar dan sekompleks apa programnya, melainkan seberapa jauh organisasi mau memikirkan kesejahteraan mereka, peduli, dan memanusiakan sesama manusia.
Maka, mengupayakan dan memodifikasi program mental health di tempat kerja mungkinkah dilakukan dari sekarang oleh organisasi? Tunggu apa lagi, melakukan satu langkah kecil sederhana akan lebih baik bila dibandingkan dengan 1.000 rencana. (*)
Meutia Ananda, founder Asisya Consulting Biro Psikologi, psikolog RS PHC Surabaya, kandidat doktor di program S-3 PSDM Universitas Airlangga.-Dok Pribadi-