Sepanjang yang Ninik tahu, saat menggali potensi insan down syndrome, sistemnya adalah mencoba. ”Kalau dia suka, kami lanjut. Sebagai ibu, saya selalu bertanya ke Nadya kalau ada kegiatan apa-apa apakah dia mau ikut atau enggak. Kalau mau, saya ajak. Kalau tidak mau, tetapi itu positif, saya ajak ngobrol dulu sampai Nadya paham mengapa ia ikut,” kata Ninik.
BACA JUGA:Hari Kebahagiaan Sedunia, Ini 5 Cara Sederhana untuk Bahagia
Sebagai ibu dari anak dengan down syndrome, Ninik menyambut baik acara. Menurutnya, salah satu hal yang paling penting untuk insan down syndrome adalah keterampilan bermanfaat yang bisa langsung diterapkan.
“Lewat menyeduh kopi mereka mengenal sesuatu yang baru tentang dunia orang lain. Bisa saja kalau tertarik mereka nanti jadi barista atau membuka kafe sendiri,” kata Ninik.
Selaras dengan Ninik, Ketua POTADS Jawa Timur Endah Sugiarti menyebutkan bahwa workshop menyeduh kopi adalah ranah baru bagi insan down syndrome.
Selama ini anak-anak POTADS sudah punya berbagai kegiatan seperti tari, silat, angklung, dan mengaji. Tapi mengenal seputar barista belum pernah dilakukan.
“Kegiatannya sangat mudah diikuti. Fun. Jadi, selain bermanfaat sebagai bekal skill ke depan, menyeduh kopi yang sekarang sedang booming di kalangan anak muda itu harus diketahui anak-anak juga,” kata Endah.
Endah berharap ada pelatihan barista yang berkelanjutan supaya insan down syndrome bisa membuka kedai kopi sendiri. (Annisa Dyah Novia Arianto)