HARIAN DISWAY - Dalam khazanah perpolitikan Tiongkok klasik, ada seorang negarawan bernama Song Yin (宋隐). Ia hidup pada masa tatkala Tiongkok sedang penuh gejolak. Yakni pada masa Dinasti Utara dan Selatan: sekitar abad ke-5 hingga ke-6 Masehi.
Song Yin berasal dari keluarga birokrat sejak leluhurnya. Ia tipikal pejabat yang lurus. Tidak neko-neko. Cara kerjanya pun sat-set tas-tes, tapi tak mau menonjolkan diri. Itulah mengapa, kendati kaisar silih berganti, ia tetap dipercaya untuk menduduki jabatan penting di pemerintahan.
Padahal, dengan beragam alasan, ia tak henti-hentinya menolak jabatan-jabatan yang ditawarkan penguasa kepadanya. Sebelum meninggal, Song Yin menitipkan pesan peringatan untuk anak cucunya.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Vice President/Executive Director Samator Group Imelda M. Harsono: Hua She Tian Zu
Merujuk teks asli dalam Kitab Wei (魏书), kira-kira begini terjemahannya: "Saat di rumah, kalian harus patuh dan berbakti kepada orang tua. Saat menjadi pejabat, kalian harus melayani rakyat sebagaimana melayani keluarga sendiri. Aku ingin memberi kalian dua huruf sebagai pegangan: 忠清 (zhōng qīng).”
“Huruf yang pertama artinya mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh; tidak melakukan sesuatu yang melanggar prinsip atau hukum. Huruf yang kedua artinya tidak korup; jangan sampai rakyat memaki kalian di belakang lantaran kalian korup.”
“Jalankan tugas kalian dengan sebaik-baiknya dan tak usah mengejar-ngejar jabatan yang lebih tinggi. Kalau karena kalian sukses menjadi pejabat lalu melupakan apa yang aku pesankan ini, berarti kalian adalah anak yang durhaka dan tidak berbakti."
Di belahan bumi lainnya, tepatnya di negara kita, Said Abdullah -yang asal Madura- itu memegang teguh falsafah serupa.
"Filosofi hidup saya berangkat dari kultur Madura. Lakona lakone; kennengnganna kennenge. Lakukan setiap pekerjaan/tugas sebaik-baiknya, setulus-tulusnya; dan tempatilah posisi sepatutnya," terang ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur itu.
Dalam istilah pepatah Tiongkok, Said yang meraih suara terbanyak se-Indonesia dalam pileg 2024 tapi justru ogah jadi ketua DPR-RI tersebut mengamalkan ajaran untuk "安分守己" (ān fèn shǒu jǐ): mengerjakan sebaik-baiknya apa yang ditugaskan, tanpa mengharapkan yang bukan-bukan. (*)