BACA JUGA: Mahardika Nurdian Syahputra Hibahkan Lagu Song for Pride ke Manajemen Persebaya
Saya yang jarang datang ke bandara itu sangat merasakan nuansa Yogyakarta di bandara. Sangat beda dengan Bandara Juanda Surabaya. Yang sama sekali tidak ada upaya untuk memasukkan suasana Jawa Timur di dalamnya. Entah kenapa kok bisa demikian.
Tapi, berhasilkah memasukkan vibes Yogyakarta ke YIA? Bagi orang luar Yogyakarta, itu barangkali akan sangat terasa. Begitu banyak konten lokal yang mengisi berbagai space di bandara. Baik di sisi keberangkatan maupun kedatangan.
Namun, bagi orang Yogyakarta, itu ternyata masih dianggap kurang. ”Kalau mau membawa nuansa Malioboro di sini, menurut saya, belum berhasil. Malah tak mencerminkan ini bandara internasional,” kata seniman Ong Hari Wahyu.
Baginya, gagasan membawa nuansa Yogyakarta ke dalam bandara merupakan gagasan bagus. Namun, harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Tidak bisa setengah-setengah. ”Kalau seperti sekarang, kesannya menjadi jorok,” tambahnya.
Membawa vibes Yogyakarta ke dalam bandara memang bukan pekerjaan mudah. Dulu seniman kondang Butet Kertaredjasa pernah protes kepada Menhub Budi Karya Sumadi. Sebab, di bandara ada pameran lukisan yang kelas pedagang kaki lima. Padahal, Yogyakarta gudangnya pelukis kondang.
Apa pun, ada semangat membawa kebanggaan lokal dalam bandara YIA di Kulonprogo. Yang saya belum tahu, apakah gagasan mengedepankan kebanggaan lokal itu ide Angkasa Pura sebagai pengelola bandara atau Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta?
Yang pasti, saya mulai merasakan bandara ini sudah mulai ramai meski akses tolnya belum selesai. Saya pun menemukan cara baru menggapai bandara di Yogyakarta dengan kereta. Mau mencoba? (*)