FGD Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Bali (1): Menyikapi Ancaman Ekonomi Global

Rabu 08-05-2024,09:01 WIB
Oleh: Bagong Suyanto

RAPAT Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan April 2024 tidak hanya disosialisasikan kepada masyarakat melalui media massa, tetapi juga diinformasikan langsung kepada sejumlah kolumnis dan peneliti agar membantu mendiseminasikan kebijakan terkini Bank Indonesia ke masyarakat luas. 

RDG sendiri adalah forum untuk memformulasikan stance kebijakan Bank Indonesia melalui evaluasi atas bauran kebijakan yang telah ditempuh serta untuk menetapkan arah kebijakan ke depan.

Focus group discussion (FGD) dengan para akademisi yang membahas hasil RDG dan kebijakan terkini Bank Indonesia bulan April 2024 diselenggarakan di Hotel Stones, Legian, Bali, pada 5–8 Mei 2024.

BACA JUGA: Independensi Bank Indonesia Pasca-UU P2SK 

FGD dihadiri 25 dosen dari berbagai perguruan tinggi dan 16 peneliti dari berbagai lembaga riset seperti Indef, ISEI, CORE, Next Policy, CPI, Megawati Institute, dan LPPM sejumlah PT di Indonesia. 

Sejumlah akademisi yang hadir. Antara lain, Prof Marzuki dari Universitas Hasanuddin, Prof Haryo Kuncoro dari Universitas Negeri Jakarta, Prof Mansur Afifi dari Universitas Mataram, Prof Nugroho dari Universitas Diponegoro, Prof Abdul Mongid dari Universitas Negeri Surabaya, dan pengamat ekonomi lain. 

Dari Universitas Airlangga, selain kami, yang hadir dalam acara FGD adalah Prof Wasiaturrahma dan Dr Atik Purmiyati dari fakultas ekonomi dan bisnis.

BACA JUGA: FGD Bank Indonesia, Akademisi, dan Peneliti (2-Habis): Menakar Manfaat Digitalisasi Sistem Pembayaran

Tajuk acara FGD yang digelar Bank Indonesia di Bali kali ini adalah BI Sapa Akademisi. Acara dibuka Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Nita A. Muelgini. Dalam sambutan, Nita menyampaikan kondisi terkini perekonomian Indonesia yang hingga saat ini masih relatif kuat. 

Meski eskalasi ketegangan di Timur Tengah memicu terjadinya penguatan nilai dolar AS dan pelemahan nilai rupiah, daya tahan ekonomi Indonesia relatif tetap baik. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 yang didukung permintaan domestik dari konsumsi rumah tangga –khususnya selama bulan Ramadan dan Idulfitri serta pemilu– masih sesuai harapan. Meski demikian, tidak berarti tak ada tantangan dan ancaman yang harus dihadapi.

BACA JUGA: FGD Bank Indonesia, Akademisi, dan Peneliti (1): Mengelola Mitos, Mendorong Optimisme

ANCAMAN

Sesi pertama FGD menghadirkan narasumber Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Indra Astrayuda. Alumnus ITB yang berkiprah di Bank Indonesia itu memaparkan bahwa dewasa ini ada banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia. 

Dalam satu-dua tahun terakhir, diakui Indra bahwa dinamika ekonomi global berubah begitu cepat. Ada dua negara yang perlu dilihat kondisi ekonomi mereka karena pengaruhnya yang kuat terhadap kondisi perekonomian nasional.

Pertama, pertumbuhan ekonomi Tiongkok di tahun 2023 sebesar 5,2 persen, sementara di tahun 2024 diprediksi turun menjadi 4,7 persen. Sebagai mitra dagang utama Indonesia, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok bukan tidak mungkin akan berdampak terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Peluang Indonesia untuk ekspor cepat atau lambat akan menurun. Dengan begitu, raihan devisa yang ditargetkan ikut turun pula.

Kategori :