Sekitar 6.000 mahasiswa berkumpul di pelataran parkir kampus A Universitas Trisakti sejak pukul 11.00 WIB. Mereka berniat untuk menyerbu gedung DPR/MPR Senayan pada pukul 13.00 WIB.
Namun, langkah mereka terhenti oleh kehadiran polisi dan tentara yang tidak mengizinkan aksi tersebut. Akhirnya, mereka hanya diperbolehkan bergerak hingga kantor Walikota Jakarta Barat atau sekitar 300 meter dari kampus.
Saat itu, demonstrasi berjalan tertib. Tidak ada masalah dengan kebijakan keamanan. Mereka tetap berorasi di depan polisi yang bersiaga, tanpa berbuat onar. Selama berorasi, jumlah aparat keamanan pun semakin bertambah.
Namun, situasinya berubah menjelang Maghrib. Tepat pukul 17.00 WIB, terjadi dialog antara mahasiswa dan aparat keamanan yang menghasilkan kesepakatan untuk mundur ke dalam kampus. Namun, berjarak 15 menit dari dialog tersebut, situasinya jadi ricuh.
BACA JUGA:Film Yang (Tak Pernah) Hilang Kembalikan Ingatan tentang Dua Aktivis Unair yang Diculik pada 1998
Tiba-tiba, tembakan terdengar dari arah belakang barisan mahasiswa. Seluruh mahasiswa lari mencari perlindungan ke dalam gedung-gedung kampus. Sementara aparat keamanan terus menembak dari luar. Gas air mata juga ditembakkan ke arah mereka.
KILAS BALIK Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998 berikut ceritanya. -SBS-
Tidak ada yang tahu siapa yang memulai tembakan tersebut. Namun, Soekisno Hadikoemoro menyampaikan suatu hal dalam buku Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 (1999). Ia mencatat bahwa masalah dimulai ketika seseorang bernama Mashud mulai meledek mahasiswa Trisakti yang mundur.
Diduga, Mashud adalah mata-mata karena setelah meledek, ia langsung lari ke barisan aparat. Mahasiswa yang marah mengejar Mashud. Dan konfrontasi terjadi ketika Mashud berlindung di balik barisan aparat. Dari situ, letusan tembakan terjadi.
BACA JUGA:Profil dr Soeharto yang Dapat Gelar Pahlawan, Bukan Mantan Presiden
BACA JUGA:KPPS Meninggal Indikasi Pelanggaran HAM, Negara Sibuk Urus Pergantian Kekuasaan
Ternyata, itu bukan tembakan kosong yang mengarah ke langit. Melainkan peluru sungguhan yang ditembakkan ke arah para mahasiswa. Tak tanggung-tanggung, 6 anak bangsa tewas di ujung senapan aparat. Yang seharusnya melindungi rakyat.
Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, 1996), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin, 1995). Ketiganya mengalami luka tembak di punggung.
Lalu ada Hendriawan (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, 1996) yang kena tembak di pinggang, Vero (Fakultas Ekonomi, 1996), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil, 1995) mendapatkan luka tembak di kepala.
KILAS balik tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Foto-foto para korban Tragedi Trisakti ditampilkan saat peringatan pada 2022.-Disway.id-
Upaya untuk mengungkap dalang di balik penembakan itu masih berlanjut hingga hari ini. Meskipun 12 polisi dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut, mereka mengklaim tidak terlibat dalam penembakan dan dianggap sebagai kambing hitam politik.