Merawat Ingatan, Merajut Harapan: Peringatan Peristiwa Iman Tragedi Bom 13 Mei Enam Tahun Silam

Selasa 14-05-2024,21:52 WIB
Reporter : Agustinus Fransisco
Editor : Noor Arief Prasetyo


Penyalaan lilin serta doa lintas agama dalam memperingati 6 tahun bom 13 Mei di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya Surabaya Jawa Timur, Selasa, 14 Mei 2024-Sahirol Layeli-Harian Disway

“Teatrikal tadi bercerita tentang kondisi masyarakat yang dirundung krisis kemanusiaan. Tujuannya adalah menimbulkan rasa toleransi untuk seluruh umat beragama,” kata Theodorus Aditya Galih, salah satu pemeran teatrikal. 

Setelah teatrikal, acara dilanjutkan dengan penampilan dari beberapa komunitas yang hadir. Ada yang menampilkan musikalisasi puisi, nyanyian, bahkan seorang pelukis lokal, Patrick Alexis, melukis gambar asbtrak yang juga bertema kemanusiaan selama acara berlangsung. 

Acara ditutup dengan doa lintas agama. Pigura berhias bunga enam korban bom dibawa ke depan panggung. Pigura itu dikelilingi oleh seluruh peserta acara. Para peserta menggenggam lilin putih bundar di telapak tangan mereka. Mereka berdoa dengan khidmat agar korban diberi kedamaian. Tak lupa juga mereka berdoa untuk keharmonisan serta kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

BACA JUGA:Buka Pesparani ke-III 2023, Menag Berharap Umat Katolik Terus Menjaga Kebersamaan dalam Keberagaman

Situasi itu terasa damai. Panjatan doa dari perwakilan pemuka agama di Indonesia itu menambah situasi harmonis Senin malam di Balai Paroki Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. Selepas doa bersama, ada acara tabur bunga di halaman Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.

Tampak 10 orang berjajar melakukan tabur bunga di depan "Memoria Tragedi 13 Mei 2018" dan pintu masuk selatan gereja yang menjadi titik meledaknya bom. “Memasuki halaman gereja masih miris rasanya. Seakan terdengar teriakan dan tangis enam tahun silam. Tapi situasi itu kondisi itu mulai berubah, apalagi dengan acara peringatan ini,” terang Maria Noverlia salah satu peserta acara. 

“Situasi toleransi pun semakin terlihat. Terlebih setelah acara ini. Saya enggak lagi takut, malu, atau sungkan kalau istilah orang jawa. Acara ini juga membuatku merasa bersyukur ada ditengah tengah keberagaman,” pungkas wanita asli Kediri itu. (*)

Kategori :