Merawat Ingatan, Merajut Harapan: Peringatan Peristiwa Iman Tragedi Bom 13 Mei Enam Tahun Silam

Selasa 14-05-2024,21:52 WIB
Reporter : Agustinus Fransisco
Editor : Noor Arief Prasetyo

“Semoga peristiwa iman enam tahun lalu bisa membuat kita semakin dewasa dalam berekspresi terhadap krisis kemanusiaan,” ujar Gus Aan Anshori saat upacara doa lintas agama dan upacara tabur bunga acara peringatan enam tahun Bom 13 Mei 2018. 

TRAGEDI enam tahun lalu masih membekas bagi umat Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Surabaya. Minggu pagi khusyu itu seketika berubah setelah bom meledak di depan pintu masuk gereja. Umat berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. Darah berceceran, teriakan histeris, dan tangisan terdengar pilu di telinga. Tragedi itupun menimbulkan trauma. 

Gereja Katolik Santa Maria tak Bercela bukan satu-satunya yang menjadi sasaran oknum pemecah bangsa dengan ideologi gilanya itu. Oknum yang mengatasnamakan suatu agama itu berusaha merusak indahnya keberagaman tanah air. Dua gereja lain juga menjadi sasaran, yakni Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro.

Tak terasa tragedi pilu itu sudah enam tahun berlalu. Sudah lima kali juga Gereja Santa Maria Tak Bercela memperingati peristiwa iman itu. Peringatan tahun keenam peristiwa iman itu mengusung tema “Merawat ingatan, merajut harapan”. Acara peringatan itu diadakan di balai paroki lantai dua Gereja Santa Maria Tak Bercela. 

BACA JUGA:Paus Fransiskus Akan Datang Ke Indonesia, Menag: Kado Istimewa Bagi Umat Katolik


Enam wajah korban bom 13 Mei 2018 ditunjukkan saat memperingati 6 tahun bom 13 Mei di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya Surabaya Jawa Timur, Selasa, 14 Mei 2024-Sahirol Layeli-Harian Disway

Di depan pintu ruangan terpampang kain putih yang bisa dituliskan kata-kata mutiara oleh peserta acara. “Peace. Keberagaman itu indah. Kita semua saudara”, itulah kata-kata yang tertulis di kain putih itu. Itu bukan sekedar kata-kata biasa, melainkan sebuah doa dan harapan agar keharmonisan antar umat beragama di Indonesia terjaga. 

Di ambang pintu ruangan, ada pigura besar berisi foto dan nama enam korban tragedi teror enam tahun silam, yakni mendiang Vincentius Evan Hudoyo, Nathanael Ethan Hudoyo, Aloysius Bayu Rendra Wardana, Mayawati, Liem Gwat Nio, dan Ciska Eddy Handoko. Sisi kanan dan kiri pigura itu dihiasi bunga warna-warni. Terlihat indah. Berbagai komunitas juga mengikuti acara dan mendoakan korban tragedi itu. Komunitas yang bergabung adalah Gusdurian, Masyarakat Setara Jawa Timur, hingga Puan Hayati.

"Saya merasa tersanjung, karena acara ini dihadiri berbagai komunitas dan organisasi lintas agama. Peristiwa enam tahun lalu itu menjadi keprihatinan bersama," terang Romo Benediktus Prima Novianto, Romo Kepala Paroki Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. 

"Anak muda ini luar biasa. Mereka bisa membuka kesempatan untuk membangun dunia yang lebih damai bagi semua manusia," sambung Romo Prima.

BACA JUGA:Theovanis, Prajurit TNI AL yang Rela Terluka Demi Perankan Yesus di Paroki Katolik Santo Mikael Surabaya


Acara tabung bunga di sisi selatan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya Surabaya Jawa Timur, Selasa, 14 Mei 2024-Sahirol Layeli-Harian Disway

Acara dibuka dengan teatrikal singkat dari komunitas-komunitas mahasiswa universitas di Surabaya. Drama yang bercerita tentang kemanusiaan itu dimulai dengan adegan hiruk pikuk masyarakat milenial masa kini. Di tengah panggung berdiri tegak bendera putih yang hanya dilewati penampil drama. Itu menggambarkan masyarakat Indonesia saat ini yang hanya abai soal kemanusiaan. Miris. 

Setelah itu muncul seseorang yang membacakan puisi yang menyinggung soal krisis kemanusiaan. Puisi menyayat hati itu mencerminkan krisis kemanusiaan yang dialami Indonesia hingga saat ini. Tak lama kemudian terdengar suara ledakan, dibarengi dengan diturunkannya bendera putih simbol kemanusiaan itu. 

Pasca bunyi ledakan itu muncul seorang berjas dan berpeci hitam yang ceritanya berperan sebagai pejabat negeri ini. Pejabat itu kembali mengingatkan tentang kemanusiaan yang sudah memudar, dia berjanji menjamin seluruh keselamatan masyarakatnya. 

BACA JUGA:Kemeriahan Natal di SD Katolik Santa Clara Surabaya Ditandai denganPanen Raya P5 dan Inovasi Dekorasi Pewayangan

Kategori :