Pengembangan Budaya Akademik di Indonesia (2-Habis): Meneliti dan Memasak, Sebuah Ilustrasi

Rabu 15-05-2024,05:00 WIB
Oleh: Muhammad Turhan Yani

ILUSTRASI MENELITI DAN MEMASAK 

Secara sederhana, melakukan aktivitas meneliti mirip dengan memasak. Yakni, mengumpulkan bahan atau data yang diperlukan, memilah dan memilih bahan yang sesuai dengan yang dibutuhkan, memfokuskan atau menentukan apa yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang dimaksud, dan lain sebagainya. 

Sebagai ilustrasi memasak, tidak semua bahan yang dikumpulkan atau diperoleh itu dimasak semua dan langsung habis. Akan tetapi, perlu dilakukan secara verifikatif dan reduktif. Bahan tersebut dimasak untuk kebutuhan yang sesuai dengan tujuan hendak masa apa.

Demikian pula meneliti, memfokuskan pada persoalan yang diteliti sesuai tujuan penelitian. Sebagai contoh dalam memasak, apabila sejak awal telah ditentukan hendak masak sayur sop, bahan-bahan yang disiapkan dan dikumpulkan terkait sayur sop seperti wortel, kubis, buncis, kentang, dan yang sejenis. 

Tidak perlu mengumpulkan bahan di luar sayur sop. Juru masak juga fokus untuk menyelesaikan memasak sayur sop sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil masakan sayur sop yang enak dan lezat, di sinilah diperlukan juru masak yang andal dan pintar membuat resep seperti bumbu dan takarannya harus sesuai.

Demikian pula bagi peneliti dan ilmuwan, diperlukan cara yang tepat dan analisis yang mendalam dengan teori-teori sebagai pisau analisis agar menghasilkan temuan-temuan penelitian yang menarik. Ibarat memasak, menghasilkan aroma dan masakan yang lezat dan bergizi untuk dinikmati.

TINDAK LANJUT MENELITI

Bagi seorang akademisi atau peneliti, secara garis besar aktivitas penelitian dapat diarahkan untuk riset keilmuan (penelitian dasar), penelitian terapan, atau penelitian pengembangan. 

Semuanya bergantung pada pilihan tingkat ketersiapan teknologi (TKT) yang ditentukan. Riset dasar masuk kategori TKT 1-3. Riset terapan masuk kategori TKT 4-6. Riset pengembangan masuk kategori TKT 7-9. 

Sampai saat ini, penelitian di Indonesia, termasuk di perguruan tinggi, masih didominasi TKT 1-3 atau riset dasar. Belum banyak yang berada di TKT 4-6 atau terapan, apalagi TKT 7-9 atau pengembangan. 

Ke depan, untuk mendekatkan hasil-hasil riset supaya tidak hanya didominasi publikasi hasil riset di jurnal-jurnal ilmiah yang biasanya dari riset dasar, perlu didorong ekspansi riset ke arah kebutuhan pasar, baik dunia usaha-dunia industri (DUDA-DUDI) maupun stakeholder lainnya. 

Itulah salah satu upaya untuk mengawinkan hasil-hasil riset dengan kebutuhan pasar di lapangan dengan mengacu pada konsep link and match. Dari perkawinan itu, diyakini akan menjadi lompatan untuk kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga-lembaga riset lainnya, dengan DUDA-DUDI dan stakeholder lainnya.

Meski demikian, ekspansi riset ke arah TKT 4-6 dan TKT 7-9 tidak bisa serta-merta digeneralisasi untuk semua bidang keilmuan, untuk bidang keilmuan tertentu, di antaranya, ilmu eksakta dapat diarahkan pada semua TKT mulai TKT 1-9. 

Sedangkan untuk bidang keilmuan noneksakta lebih sesuai pada TKT 1-4 dan sebagian TKT 4-6, juga sebagian TKT 7-9. Setiap bidang keilmuan memiliki karakteristik dan saling melengkapi dalam pengembangan khazanah keilmuan. 

Yang paling penting untuk dikembangkan adalah menghabituasi untuk meneliti dan menuangkannya dalam tulisan supaya dapat dibaca oleh orang lain, sekalipun terhadap hal-hal yang sederhana di sekitar kehidupan yang dijalani. 

Meneliti tidak selalu menggunakan teori-teori yang kadang seseorang juga malah bingung memahami teori sehingga tidak jadi meneliti karena bingung. Justru aktivitas meneliti tentang hal-hal yang sederhana dan dituangkan dalam sebuah tulisan akan menghasilkan teori atau temuan-temuan baru. 

Kategori :