SURABAYA, HARIAN DISWAY - UNICEF bersama dengan Universitas Nahdarul Ulama (UNUSA) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng organisasi berbasis agama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gizi kurang maupun gizi buruk atau dikenal dengan wasting.
Setidaknya ada 101 Ning berasal dari organisasi wanita di lingkup Fatayat NU Provinsi Jawa Timur dilibatkan dalam program pemerintah tersebut. Mereka dilibatkan agar bisa berperan aktif dalam deteksi dini dan rujukan bagi anak-anak yang menderita wasting.
"Organisasi berbasis agama dan organisasi wanita sangat penting untuk cegah dan deteksi dini wasting, salah satu bentuk kekurangan gizi pada anak balita yang sangat berbahaya," ujar Chief Field Office Unicef di Surabaya Arie Rukmantara pada roadshow bertajuk Ayo Cegah dan Obati Wasting Biar Gak Stunting di Auditorium UNUSA, Rabu, 15 Mei 2024.
BACA JUGA:SE Menteri Agama, Penyuluh Agama dan Penghulu Kini Juga Urus Stunting Hingga Pegentasan Kemiskinan
Menurutnya, kolaborasi dengan menggandeng organisasi berbasis agama cukup penting. Sebab mereka dinilai lebih dekat dengan masyarakat dan lebih bisa diterima di segala lingkup. Sehingga upaya pencegahan gizi buruk pada anak lebih mudah dan efektif.
Roadshow UNICEF bertajuk Ayo Cegah dan Obati Wasting Biar Gak Stunting di Auditorium UNUSA, Rabu, 15 Mei 2024.-Wulan Yanuarwati -Harian Disway
“Penting untuk mendekatkan diri pada populasi muda, untuk menjadi promotor edukator wasting sebelum stunting,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor UNUSA Achmad Jazidie mengatakan pihaknya merupakan satu himpunan dengan ning-ning yang ada di Jawa Timur. Menurutnya sangat penting melibatkan mereka dalam dalam penanganan bebas wasting, supaya tidak stunting.
BACA JUGA:6,3 Juta Balita Menderita Stunting
Menurutnya, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan dalam program tersebut. Yakni pendekatan sensitif yang menjadi urusan tim kesehatan dan gizi dan pendekatan spesifik. Dalam hal ini melibatkan banyak peran, mulai dari perguruan tinggi, organisasi wanita atau remaja, hingga perangkat desa.
“Kalau kita tidak bisa mengatasi stunting di Republik ini, kita semua mengalami dosa konstitusi. Karena janji konstitusi itu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan anak-anak kita, yang mengidap stunting itu mengalami hambatan buat kecerdasan,” jelasnya.
Diketahui, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia bertahan di angka 21,5 persen. Sedangkan prevalensi wasting mengalami kenaikan dari 7,7 persen pada 2022 menjadi 8,5 persen pada 2023.
Di Jawa Timur, prevalensi wasting mengalami sedikit penurunan dari 9,2 persen pada 2019 menjadi 7,2 persen pada 2022 (SSGBI 2019 & 2022). Sejauh ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan berbagai upaya dalam mempercepat penurunan angka stunting. Salah satunya dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi melalui SK Gubernur Jawa Timur No 188/977/KPTS/013/2022. (*)