Bekerja sama dengan organisasi dan komunitas Gen Z yang sudah ada, kata Jokhanan, dapat membantu menjangkau kelompok ini lebih efektif dan membangun kepercayaan. Maklum, membangun hubungan dengan Gen Z kadang membutuhkan waktu dan usaha ekstra.
BACA JUGA:Dunia Gagal Melindungi Jurnalis di Kawasan Konflik, Ini Penjelasan Pakar dari Stikosa AWS
BACA JUGA:Rayakan Dies Natalis ke-59 dan Hari Pahlawan, Stikosa AWS Kenang Tiga Tokoh Pers Nasional
"Konsistenlah dalam komunikasi dan engagement Anda, dan tunjukkanlah komitmen Anda untuk jangka panjang. Terbuka untuk masukan dan kritik dari Gen Z. Dengarkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan, dan pelajarilah dari mereka," tandas Jokhanan.
Karena, imbuhnya, Gen Z harus dilibatkan subject, bukan hanya object. Apalagi jika diposisikan sebagai kelompok penyedia suara semata.
"Tapi ada kepentingan yang harus dilayani, ada suara yang wajib didengarkan, ada gerakan yang harus melibatkan secara konsisten dan berkelanjutan. Karena ingat, politisi yang notabenenya akan menjadi pejabat publik, tidak bisa tidak, dia harus paham dan mengerti publiknya. Kuncinya kan di situ?" tutup Jokhanan sambil tersenyum. (*)